LAPORAN SUPERVISI PENDIDIKAN “BUDAYA SEKOLAH ISLAM” OBSERVASI DI SEKOLAH SMPIT UMMUL QURO
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan pengetahuan dan teknologi belakang ini
semakin pesat. Dapat dilihat dari perubahan gaya hidup yang bergantung dengan
gadget, dimana semua akses informasi ada digenggaman. Hal ini mempengaruhi
kualitas pendidikan kita sehingga berdampak baik sekaligus berpotensi buruk.
Dilingkungan pendidikan hal ini harus diwaspadai, jangan sampai perkembangan
ilmu dan teknologi justru akan membawa kearah yang tidak diinginkan seperti
semakin meningkatnya degradasi moral siswa.[1]
Pendidikan pada hakekatnya mengembangkan
kepribadian dan karakter sosial siswa.[2]
Pendidikan mengupayakan agar manusia dapat tumbuh dan berkembang serta
mengalami perubahan membentuk pribadi yang semakin baik. Dalam prosesnya
pendidikan mengandung aspek penempaan jasmani dan rohani yang dilakukan secara
sadar oleh seorang pendidik. Sebagaimana yang tertuang dalam UU Sisdiknas
dikatakan bahwa “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif dan bisa mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[3]
Oleh karenannya dapat diambil kesimpulan bahwa
pendidikan merupakan usaha untuk membentuk kepribadian siswa melalui serangkaian
proses pembelajaran. Siswa harus menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan
untuk dapat memnuhi kebutuhan dan tantangan dimasa depan yang semakin kompleks.[4]
Lingkungan pendidikan sangat mempengaruhi terhadap pembentukan siswa dan juga
merupakan bagian yang amat penting dalam proses pendidikan.
Sekolah merupakan laboratorium bagi masyarakat
untuk menciptakan perubahan di suatu masyarakat terutama dalam aspek pembentukan
karakter.[5]
Didalamnya memiliki sistem yang kompleks dan dinamis, keseluruhannya bagian
dari lingkungan pendidikan.
Jika dikaitkan dengan mutu pendidikan maka
lingkungan sekolah berperan serta dalam pembentukan mutu sekolah. Terdapat 2
strategi utama dalam meningkatkan mutu pendidikan disuatu lingkungan sekolah,
yaitu strategi yang berfokus pada dimensi struktural dan kultural (budaya).[6] Sekolah
perlu diberikan kepercayaan untuk mengatur dan mengurus dirinya sendiri guna
mencapai tujuan-tujuan pendidikan, salah satunya dengan melaksanakan budaya
sekolah yang paling utama memperbaiki karakter peserta didik yang kian lama
kian sulit terkontrol. [7]
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana yang dimaksud dengan budaya sekolah Islam?
2. Bagaimana budaya sekolah Islam yang diterapkan di SMPIT Ummul Quro
Bogor?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar mengetahui bagaimana konsep budaya sekolah Islam.
2. agar mengetahui bagaimana budaya sekolah Islam diterapkan di SMPIT
Ummul Quro Bogor.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Budaya Sekolah Islami
Secara etimologis budaya diartikan sebagai culture berasal
dari kata colere yang berarti membajak tanah, mengelola, memelihara
ladang.[8] Secara
terminologi budaya diartikan sebagai Way of Life yaitu cara yang
memiliki karakteristik dan identitas tertentu pada diri satu bangsa. Namun
secara formal budaya diartikan sebagai keseluruhan pola, perilaku yang
dikirimkan melalui kehidupan sosial, seni, agamakelembagaan dan segala hasil
kerja dan pemikiran manusia dari satu kelompok manusia.
Dalam bahasa Sanskerta dikenal dengan istilah Budayyah,
yaitu bentuk jamak dari kata Budhi yang berarti budi atau akal.[9] Pendapat
lain ada yang mengatakan budaya berasal dari penggabungan dua kata budi dan
daya, yang berarti daya dari budi. Mengartikan budaya dengan kebudayaan dari
sini memiliki makna yang berbeda. Namun secara garis besar kebudayaan adalah
usaha manusia, baik hasil secara material maupun spiritual dan bahwa kebudayaan
itu adalah milik dan warisan sosial, kebudayaan itu terbentu dalam dan dengan
interaksi sosial dan diwarisakn kepada generasi mudanya dengan jalan
enkulturasi atau pendidikan.
Menurut Deal dan Paterson menyatakan bahwa budaya sekolah merupakan
sekumpulan nilai yang melandasi nilai, perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian,
dan simbol-simbol yang dipraktekkan oleh Kepala Sekolah, guru, petugas administrasi,
siswa dan masyarakat sekitar sekolah.[10] Budaya
sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak yang dimiliki sekolah tersebut
bersama masyarakatnya secara luas.
Budaya
sekolah adalah kualitas sekolah di kehidupan sekolah yang tumbuh dan berkembang
berdasarkan spirit dan nilai-nilai tertentu yang dianut sekolah.[11] Lebih
lanjut dikatakan bahwa budaya sekolah adalah keseluruhan latar fisik,
lingkungan, suasana, rasa, sifat, dan iklim sekolah yang secara produktif mampu
memberikan pengalaman baik bagi bertumbuh kembangnya kecerdasan, keterampilan,
dan aktifitas siswa. Budaya sekolah dapat ditampilkan dalam bentuk hubungan
kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lainnya bekerja, kedisiplinan,
rasa tanggung jawab, berfikir rasional, motivasi belajar, kebiasaan memecahkan
masalah secara rasional.
Menciptakan Budaya Sekolah merupakan upaya
untuk memberikan ruang pergaulan yang baik untuk peserta didik dalam proses
pendidikan. sebab lingkungan sangat mempengaruhi pembentukan kepribadian
peserta didik utamanya dalam pembentukan akhlak mereka. Untuk itu perlu
didesain sebuah lingkungan yang sarat akan nilai keislaman, kedisiplunan, cinta
ilmu dan nilai-nilai positif lainnya. Benarlah yang Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam katakan
bahwa agama seseorang itu tergantung lingkungan pergaulannya.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِىَّ
-صلى الله عليه وسلم- قَالَ « الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ
أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Dari
Abu Hurairah, Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda,
“Seseorang itu akan mengikuti agama teman dekatnya (baca:lingkungan pergaulannya).
Oleh karena itu hendaknya kalian perhatikan siapakah yang kalian jadikan
sebagai teman dekatnya” (HR Abu Daud no 4833, dinilai hasan oleh al Albani).”
Sedangkan untuk menggambarkan sekolah Islam,
ada yang disebut sebagai ciri pendidikan Islam yang dikemukakan oleh Oemar
Mohammad, bahwa pendidikan Islam harus menonjolkan tujuan agama dan akhlak
sebagai tujuannya, serta kandungan-kandungan, metode-metodealat-alat dan
tekniknya bercorak agama. Tentu hal tersebut harus tersebut berdasarkan Al-Qur’an
dan Hadits.[12]
Dengan kata lain sekolah Islam harus bernafaskan Islam serta berlandaskan
ajaran Islam.
Dapat disimpulkan, yang dimaksud dengan budaya
sekolah Islami adalah kehidupan
sekolah yang tumbuh dan berkembang dengan ciri-ciri khas, karakter, perilaku,
tradisi, kebiasaan keseharian, simbol-simbol berdasarkan spirit dan
nilai-nilai-nilai Islam, yang sengaja dibangun untuk menanamkan akhlak peserta
didik. Nilai-nilai Islam adalah kata kunci dalam penerapan budaya sekolah
Islami, dimana sebuah nilai memiliki kebenaran universal serta tidak
bertentangan dengan nilai-nilai keislaman dan bahkan dianjurkan.
B. Landasan Budaya Sekolah
Budaya sekolah perlu diciptakan dalam rangka membentuk kepribadian
siswa yang berkarakter, memiliki landasan filosofis akan nilai agama, budaya
Indonesia dan Pancasila. Oleh karenanya landasan yang digunakan dalam
pembentukan budaya sekolah sama halnya dengan landasan pendidikan karakter.
Pendidikan karakter memiliki setidaknya 4 landasan penting, yaitu landasan
agama, landasan Pancasila, landasan budaya dan landasan Undang-undang
Sisdiknas. Namun secara umum landasan tersebut secara operasional dapat dirangkum
ke dalam 2 landasan pokok, yaitu landasan secara yuridis (undang-undang), dan
landasan secara agamis (agama).
1. Landasan Undang-undang
a.
Undang-Undang
Dasar 1945 pasal 31 ayat 2 Amandemen kedua yang mengamanatkan bahwa: Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan Nasional untuk meningkatkan
keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur undang-undang.
b.
Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi:
Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
c. Permendiknas Nomor 39 Tahun 2008 Tentang
Pembinaan Kesiswaan bab 1 pasal 1, bahwa tujuan pembinaan kesiswaan adalah: Mengembangkan
potensi siswa secara optimal dan terpadu yang meliputi bakat, minat, dan
kreativitas; Memantapkan kepribadian siswa untuk mewujudkan ketahanan sekolah
sebagai lingkungan pendidikan sehingga terhindar dari usaha dan pengaruh
negatif dan bertentangan dengan tujuan pendidikan;
d. (Perpres)
Nomor: 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter. Dalam Perpres ini
disebutkan, Penguatan Pendidikan Karakter yang selanjutnya disingkat PPK adalah
gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk
memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah
pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan
pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional
Revolusi Mental (GNRM). “PPK dilaksanakan dengan menerapkan nilai-nilai
Pancasila dalam pendidikan karakter terutama meliputi nilai-nilai religius,
jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa
ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan
bertanggung jawab,” bunyi Pasal 3 Perpres ini.
2. Landasan Agama
Dalam terminologi Islam
karakter lebih sempit diartikan sebagai akhlak. Islam sangat menekankankan
bagaimana akhlak dapat dibangun dalam diri peserta didik. Setidaknya dalam
Al-Qur’an telah menyebut 1504 ayat yang berhubungan dengan akhlak, atau
kadarnya hampir seperempat ayat Al-Qur’an.[13]
Akhlak adalah kebiasaan atau
sikap yang mendalam dalam jiwa darimana timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah
dan gampang. Sebagaimana juga telah diberikan ta’rif oleh tokoh pemikir Islam
seperti Ibnu Maskawaih dan Al-Ghazali yang mengatakan bahwa “Akhlak itu satu
keadaan atau bentuk jiwa dariamana timbul perbuatan-perbuatan tanpa fikir”.
Tentu dalam membentuk akhlak seseorang butuh proses yang amat panjang melalui
pendidikan, latihan, riyadhah, jiwa dan berusaha kuat (mujahadah) untuk selalu
melakukan perubahan karah yang lebih baik.[14]
Diantaranya Allah berfirman
sewaktu memuji Nabi Muhammad Saw :
“Sesungguhnya
engkau berada dalam akhlak yang mulia” (Al-Qalam: 4)
Ayat ini menganggap Rosulullah memiliki akhlak yang
paling mulia, dan pujian tertinggi yang dapat diberikan kepadanya. Ibnu Abdu
Rabbih dalam kitabnya Al-Aqd Al-Farid bahwa Allah telah menyusun baginya
(Muhammad) akhlak itu ke dalam 3 kata yaitu terimalah maaf, perintahkanlah
kepada ma’ruf dan berpalinglah dari orang-orang jahil. Menerima maaf ini menautkan perhubungan
sesudah terputus dan memaafkan kepada orang yang menganiayanya. Dalam perintah
ma’ruf agar senantiasa bertakwa kepada Allah, menutup mata dari yang haram dan
memelihara lidah dari dusta. Serta yang terakhir adalah berpaling dari
orang-orang bodoh yaitu agar tidak terpengaruh dengan mereka.[15]
Rosulullah dalam hadistnya juga telah bersabda:
اَكْمل المؤمنين ايمانااحسنهم اخلقاا وخياركم خياركم لنسائه
“Orang-orang
mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan yang
paling baik diantara kamu adalah yang paling baik kepada istrinya.”[16]
اكثر ما يدخل الناس الجنة : تقو الله وحسن الخلق
“Yang paling banyak memasukkan
manusia ke dalam surga adalah takwa kepada Allah dan akhlak yang baik”[17]
احسنو اخلا قكم
“Baikilah akhlakmu !”[18]
C. Unsur-unsur Budaya Sekolah Islami
Budaya
sekolah merupakan sesuatu yang dibangun dari hasil pertemuan antara nilai-nilai
(values) yang dianut oleh guru-guru dan para karyawan yang ada dalam
sekolah /madrasah tersebut.[19]
Nilai-nilai tersebut dibangun oleh pikiran-pikiran manusia yang ada dalam
sekolah. Pertemuan pikiran-pikiran manusia tersebut kemudian menghasilkan apa
yang disebut dengan “pikiran organisasi”. Dari pikiran organisasi itulah
kemudian muncul dalam bentuk nilai-nilai tersebut akan menjadi bahan utama
pembentuk budaya sekolah. Jadi, budaya sekolah Islami adalah cerminan dari
pikiran organisasi yang berdasarkan
nilai-nilai kemuliaan Islam. Dari budaya tersebut kemudian muncul dalam
berbagai simbol dan tindakan yang kasat indra yang dapat diamati dan dirasakan dalam
kehidupan sekolah sehari-hari.
Budaya
sekolah Islam sebagaimana dirancang dalam pendidikan Islam Terpadu (IT)
setidaknya ada 12 poin[20], yaitu:
1.
Aku Anak
Muslim (Simbol Islam)
Siswa harus memiliki kesadaran bahwa dirinya adalah hamba yang
diciptakan oleh Allah SWT. Sebagai muslim anak tidak segan bahkan bangga
menampilkan simbol Islam dan perilaku Islami dilingkungan keluarga dan
masyarakatnya. Anak harus senantiasa dibiasakan untuk menampilkan apa yang
diperintahkan Allah, menjalankannya dengan istiqamah dan bertanggung jawab.
Istiqomah adalah kunci dalam membentuk kepribadian muslim dalam lingkup budaya
sekolah islami. Hal ini dimaksudkan agar nilai-nilai agama dapat terpatri dalam
jiwa peserta didik.
Menampilkan simbol-simbol Islam dalam artian adalah tidak malu
untuk menampilkan akhlak Islam, penampilan Islam dilingkungan sekolah, rumah
dan masyarakat. Dengan tidak malu dan istiqamah menampilkannya maka akan dapat
mempengaruhi orang disekelilingnya, sehingga terciptalah budaya Islami.
Bertingkah laku sebagaimana muslim tentu harus mencerminkan seorang muslim
terutama dalam akhlak.
Diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Shahihnya hadits no.10 dari
Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda.
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
“Seorang muslim adalah
seseorang yang orang muslim lainnya selamat dari ganguan lisan dan tangannya”
Dari hadis diatas
menjelaskan bahwa penting bagi seorang muslim untuk selalu bertutur kata yang
baik, jangan sampai menyakiti hati saudara sesama muslim atau manusia yang
lain. Ini erat kaitannya dengan menjaga hubungan manusia dengan manusia (hablum
min an-nas).
Simbol lain oleh seorang
muslim adalah berpakaian raih dan sopan. Rosulullah bersabda:
Dari Ibnu Abbas R.A., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda:
“pakailah pakaian berwarna putih. Karena pakaian putih adalah pakaian yang
paling baik. Dan kafanilah orang yang meninggal dengan kain putih.”(H.R Abu
Daud dan Tirmidzi).[21]
Hadits tersebut bukan saja menganjurkan untuk berpakaian putih
saja, namun secara eksplisit Rasulullah menganjurkan untuk berpakaian rapih.
Adab dan etika muslim dalam berpakaian harus menutup aurat, baik laki-laki
maupun perempuan. Maka bukan saja memperbagus pakaian namun tidak menutup
aurat, melainkan bagus (layak) dan rapih namun harus memenuhi syarat utamanya
adalah menutupi aurat.
Masih banyak simbol dalam konteks budaya sekolah dalam ajaran
Islam. Diatas adalah contoh bagaimana nilai-nilai islam sebagai simbol seorang
muslim yang harus pertahankan dalam kehidupan sehari-hari. Pembiasaan muslim
harus berdasarkan Al-Qur’an dan hadis, anjuran para ulama agar apa yang
dilakukan senantiasa memiliki dasar filosofis agama yang kuat serta dapat
mendatangkan pahala.
2.
Aku Anak
Shalih (Ketakwaan)
Anak yang shalih adalah anak muslim yang selalu berupaya mentaati
ajaran Islam. Tertanam pada siswa semangat untuk melaksanakan perintah Allah
dan menjauhi larangan-Nya. Dalam
terminologi Islam ini yang disebut takwa, dalam artian senantiasa seseorang
untuk menjalankan segala apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi apa yang di
larang Allah. Sebagaimana yang telah Allah perintahkan kepada manusia untuk
senantiasa bertakwa dengan takwa yang sebenar-benarnya, tanpa ada kebohongan.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ ﴿١٠٢﴾
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan
dalam keadaan beragama Islam. (Ali Imran: 102)”
3.
Rosulullah
Teladanku (Keteladanan yang baik)
Siswa memahami bahwa nabi Muhammad adalah Rosulullah dan suka cita
meneladaninya. Meneladani Rosulullah akan membawanya kepada kebahagiaan dunia
dan akhirat. Akhirnya siswa merindukan bertemu dengan Rosulullah pada hari
akhir nanti. Rosulullah adalah suri tauladan yang baik, sebagaimana firman Allah SWT berfirman dalam
Al-Qur’an. Rasulullah SAW adalah sumber tauladan bagi manusia.
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu” (Al Ahzab:
21)
4.
Menghormati
Orang Tua dan Guru
Siswa memahami bahwa orang tua dan guru adalah Orang yang dengan
ikhlas membimbingnya agar menjadi anak yang shalih. Karenanya siswa harus
menghormati orang tua dan guru. Sebagaimana Allah berfirman:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya.”(Al-Israa’: 23)
Diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi
rahimahullah, Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu mengatakan;
تَوَاضَعُوا لِمَنْ تَعَلَّمُونَ مِنْهُ
“Tawadhu’lah kalian terhadap orang yang mengajari kalian.”
5.
Teman
Muslimku Adalah Saudaraku (Ukhuwah Islamiyah)
Tertanam dalam diri siswa semangat persauaraan Islam. Tercipta
rasa menyayangi, saling menolong, saling menghargai dan menghormati antara
sesama siswa karena sesungguhnya sesama muslim adalah bersaudara.
Artinya:
“Dan berpeganglah kamu
semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai,”... (Ali
Imran: 103)
Rosulullah juga bersabda:
عَنْ أَبِيْ حَمْزَةَ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ خَادِمِ رَسُوْلِ اللهِ عَنِ
النَّبِيِّ قَالَ : لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ ِلأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ
لِنَفْسِهِ [مِنَ الْخَيْ )رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ(
Artinya:
“Dari Abu Hamzah, Anas bin Mâlik Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Tidak sempurna iman seseorang
di antara kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya segala apa yang ia cintai
untuk dirinya sendiri berupa kebaikan”. (HR al-Bukhâri dan Muslim).
6.
Giat
Menuntut Ilmu
Siswa memiliki semangat dan keceriaan dalam sekolah. siswa
menyadari bahwa menuntut ilmu adalah wajib dan pasti bermanfaat bagi masa
depannya. Lebih dari itu seorang muslim haruslah menjadi manusia yang berguna
bagi masyarakat. Rosulullah bersabda:
عْنْ اَنَسٍ اِبْنُ
مَالِكٍ قَلَ قَالَ رَسُوْل الله صلى الله عليه وسلـم طَلَبُ الْعِلْم فَرْيْضَةً عَلى كُلّ مُسْلِمٍ
ووضِعً العِلْمِ عِنْدَ غَيْرُأهْلِهِ كَمُقِلِّدِ الْخَنَا زِيْرِ
لْجَوْهَرَولَلؤْلُؤَ وَالذَّهَبَ
Artinya :
"Dari
Anas bin Malik ia berkata, Rasulullah saw, bersabda: Mencari ilmu itu wajib
bagi setiap muslim, memberikan ilmu kepada orang yang bukan ahlinya seperti
orang yang mengalungi babi dengan permata, mutiara, atau emas" (HR. Ibnu
Majah)
7.
Lillahi
Ta’ala (Ikhlas)
Salah satu sifat dasar penting bagi seorang muslim adalah Ikhlas
dalam menjalankan ajaran Islam. Sikap ikhlas semata-mata karena Allah membuat
siswa bergembira hidup dalam aturan Islam. Rosulullah bersabda:
لاَ تَعَلَّمُوا
الْعِلْمَ لِتُبَاهُوا بِهِ الْعُلَمَاءَ وَلاَ لِتُمَارُوا بِهِ السُّفَهَاءَ
وَلاَ تَخَيَّرُوا بِهِ الْمَجَالِسَ فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَالنَّارُ النَّارُ
“Janganlah kalian
mempelajari ilmu untuk menandingi para ulama, dan jangan untuk mendebat
orang-orang bodoh, dan jangan bertujuan untuk bisa menguasai pertemuan dan
majlis-majlis. Barangsiapa yang berbuat seperti itu, maka neraka baginya,
neraka baginya.” (HR. Ibnu Hibban, Ibnu Majah dan Al Hakim)
8.
Kejujuran
Sifat yang juga harus dimiliki oleh siswa adalah kejujuran. Sering
kali siswa pada usia para sekolah manampakkan kebohongan karena imajinasi atau
takut dan malu terhadap kesalahan yang telah dilakukan. kejujuran harus
ditanamkan sejak dini berbarengan dengan sikap terbuka dan berani termasuk
berani mengakui kesalahan yang telah dilakukan, karena kejujuran adalah sikap
yang amat mulia. Allah memerintahkan agar kita selalu bersama orang-orang yang
benar, Allah berfirman:
“Hai
orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama
orang-orang yang benar.” (At-Taubah: 119)
9.
Kemandirian
Siswa didorong memiliki sifat mandiri mulai dari hal yang kecil
seperti makan dan memakai pakaian sendiri. Selama mampu melakukan sendiri maka
siswa hendaknya dibimbing dan dimotivasi untuk dapat melakukannya.
“Bermain-mainlah dengan
anakmu selama seminggu, didiklah ia selama seminggu, temanilah ia selama
seminggu pula, setelah itu suruhlah ia mandiri”. (HR. Bukhari)[22]
10. Kebersihan, Kerapihan dan Keindahan
Hal ini
perlu ditanamkan kepada mereka sejak dini yaitu kesadaran untuk memelihara
kebersihan, menjaga kerapihan, dan mengatur lingkungannya agar selalu Indah. Kebersihan,
kerapihan dan keindahan membuat lingkungan nyaman dan sehat. Kebersihan
sebagian daripada iman. Ada nilai-nilai religius dan nilai-nilai medis yang
dapat di petik dari kebiasaan ini. Ucapan dan tingkah laku berasal dari hati
yang bersih. Secara medis, badan dan pakaian yang bersih berdampak terhadap
kesehatan otak. Hasilnya sama dengan tinjauan dari sudut pandang religius.
إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ
يُحِبُّ الْجَمَالَ
“Sesungguhnya Allah Swt itu Maha-Indah dan menyekai keindahan”
(HR. Muslim)
11. Kedisiplinan
Salah satu kunci keberhasilan rosul dan para sahabat dalam
membangun masyarakat Madinah adalah kedisiplinan Rosul. Rosul memberikan suri
tauladan dengan contoh akhlak-akhlak mulia berupa menepati janji, jujur dan
tepat waktu. Untuk itu siswa sejak awal dididik untuk memiliki sifat disiplin
yang tinggi, tepat waktu dan selalu berpegang teguh pada akad yang dibuat.
Kedisiplinan akan membawa siswa pada pekerjaan dan hasil yang optimal.
Islam mengajarkan bahwa menghargai waktu lebih utama sebagaimana
firman Allah SWT dalam Surah Al-Asr 103
; ayat 1-3 yang artinya, “ Demi waktu, sesungguhnya, manusia berada dalam
kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta
saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.”
12. Kreatif
Pada usia yang relatif sangat muda perkembangan kreasi dan
imajinasi siswa masih dapat berkembang dengan pesat. Program pengajaran yang
diberikan hendaknya mampu memacu perkembangan kreativitas mereka. Penghargaan
adalah faktor yang baik untuk memacu semangat siswa untuk menelurkan ide-ide
yang inovatif. Manusia telah diberikan fasilitas indera yang masing-masing
memiliki fungsi untuk berkembang. Allah berfirman:
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُم مِّن بُطُونِ
أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ
وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ ﴿٧٨﴾
“Dan
Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur.” (An-nahl : 78)
D. Pendidikan Karakter
Secara
konseptual, lazimnya, istilah karakter dipahami dalam dua kubu pengertian.
Pengertian pertama bersifat deterministik, di sini karakter dipahamai sebagai
kondisi rohaniah pada diri kita yang sudah teranugerahkan (given).
Pengertian kedua, bersifat nun deterministik atau dinamis, karakter diartikan
sebagai kekuatan untuk mengolah kondisi rohaniah yang bersifat given.
Lalu seperti apakah orang yang memiliki karakter tangguh?
Ciri
orang yang memiliki karakter tangguh, mereka tahu hal yang baik (knowing The
good), menginginkan hal yang baik (desiring The good), dan melakukan
hal yang baik (doing The Good). Karakter juga selalu tampak dalam
kebiasaan (Habitus). Karena itu orang yang dikatan berkarakter baik
manakala dalam kehidupan nyata memiliki tiga kebiasaan, yaitu: memikirkan hal
yang baik (habis of Mid), menginginkan hal yang baik (habis of
heart), dan melakukan hal yang baik (habits of Action).[23]
Yang
dimaksud baik adalah, secara objektif kualitas-kualitas diakui dan dijunjung
tinggi oleh agama-agama dan masyarakat beradab di segenap penjuru dunia.
Sedangkan secara intrinsik baik, maksudnya kualitas-kualitas itu merupakan
tuntutan dari hati nurani manusia beradab.[24]
Sejalan
dengan itu budaya sekolah Islam dilihat dalam kacamata teori pendidikan
karakter. Saptono telah merincikan beberapa macam karakter dalam pendidikan,
yaitu: rasa hormat (respect) dan tanggung jawab (responsibility);
kebijaksanaan (wisdom), keadilan (Justice), ketabahan
(fortitude), pengendalian-diri (self Control), kasih
(love), sikap positif (possitive attitude), kerja
keras (hard work), integritas (integrity), penuh
syukur (gratitude), dan kerendahan hati (humanity).[25]
Meskipun
demikian karakter tidak hanya terbatas pada yang disebutkan tadi, misalnya
dengan memasukkan kebaikan yang terkandung dalam Pancasila, seperti menghargai
kebhinekaan, toleransi, koeksistensi damai, moderat,
perikemanusiaan, keberadaban, kesetaraan, gotong royong,
musyawarah, kebijaksanaan, adil, solidaritas sosial,
dan kesederhanaan.
Nilai-nilai
dan keyakinan tidak akan hadir dalam waktu singkat.[26]
Mengingat pentingnya sistem nilai yang diinginkan maka langkah-langkah kegiatan
yang jelas perlu disusun untuk membentuk budaya sekolah. Segenap warga sekolah
perlu memiliki wawasan bahwa ada unsur kultur yang bersifat positif, negatif,
netral. Dalam kaitannya dengan visi dan misi sekolah mengangkat persoalan mutu,
moral, dan multikultural; sekolah harus mengenali aspek-aspek kultural yang
cocok dan menguntungkan, aspek-aspek yang cenderung melemahkan dan merugikan,
serta aspek-aspek lain yang cenderung netral dan tak terkait dengan visi dan
misi sekolah.
Budaya sekolah sangat penting dalam pendidikan karena bertolak dari
sebuah konsep organisasi yang baik dengan kepemimpinan yang baik, serta harus
diikat dengan nilai-nilai yang diyakini bersama manajer dan bawahannya.
Sedangkan Zamroni menjelaskan bahwa budaya sekolah itu bersifat dinamis, milik
kolektif, hasil perjalanan sejarah sekolah dan produk dari interaksi berbagai
kekuatan yang masuk kesekolah.[27]
Budaya sekolah merupakan sekumpulan nilai yang
melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan sehari-hari, dan simbol-simbol yang
dipraktekan kepalas sekolah, pendidik/guru,
petugas tenaga kependidikan/administrasi, peserta didik atau masyarakat
sekitar sekolah. Budaya sekolah memiliki ciri khas karakter atau watak dan
citra sekolah di masayarakat yang luas. Budaya sekolah harus memiliki misi yang
jelas dalam menciptakan budaya sekolah yang menantang dan menyenangkan, adil
dan kreatif, inovatif, terintegratif serta dedikatif terhadap pencapaian visi
menghasilkan lulusan yang berkualitas
tinggi dalam perkembangan intelektualnya. Selain itu memiliki karakter
jujur, takwa, kreatif, mampu menjadi teladan bekerja keras, toleran dan cakap
dalam memimpin serta menjawab tantangan akan kebutuhan pengembangan sumberdaya
manusia yang berperan dalam perkembangan IMTEK dan berlandaskan IMTAK.[28]
Pendidikan Karakter lebih jelasnya sebagaimana
yang dirumuskan dalam Pendoman Pendidikan Pengembangan Budaya dan Karakter
Bangsa yang di keluarkan oleh Kementerian Pendidikan tercantum dalam 18
karakter bangsa.[29]
Yaitu:
Tabel II.1 18 Karakter Kebangsaan
Nilai
|
Deskripsi
|
1.
Religius
|
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain,
serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
|
2.
Jujur
|
Perilaku
yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan,
dan pekerjaan.
|
3. Toleransi
|
Sikap
dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap,
dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
|
4.
Disiplin
|
Tindakan
yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.
|
5. Kerja
Keras
|
Perilaku
yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalammengatasi berbagai hambatan
belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaikbaiknya.
|
6. Kreatif
|
Berpikir
dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu
yang telah dimiliki.
|
7. Mandiri
|
Sikap
dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalammenyelesaikan
tugas-tugas.
|
8.
Demokratis
|
Cara
berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya
dan orang lain.
|
9. Rasa
Ingin Tahu
|
Sikap
dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas
dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
|
10.
Semangat Kebangsaan
|
Cara
berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan
negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
|
11.
Cinta Tanah Air
|
Cara
berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan
yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan
politik
bangsa.
|
12.
Menghargai Prestasi
|
Sikap
dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
|
13.
Bersahabat/
Komuniktif
|
Tindakan
yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan
orang lain.
|
14. Cinta
Damai
|
Sikap,
perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman
atas kehadiran dirinya.
|
15.
Gemar Membaca
|
Kebiasaan
menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan
bagi dirinya.
|
16. Peduli
Lingkungan
|
Sikap
dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di
sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam
yang sudah terjadi.
|
17. Peduli
Sosial
|
Sikap
dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat
yang membutuhkan.
|
18. Tanggung-jawab
|
Sikap
dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang
seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,
sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
|
Budaya sekolah dapat dibentuk melalui berbagai
macam kegiatan dan pola pembiasaan. Melalui pembiasaan-pembiasaan yang baik,
yang dilakukan secara rutin di lingkungan sekolah akan berdampak pada
pembangunan karakter siswa. Pola pembiasaan dalam budaya sebagai sebuah nilai
yang diakuinya bisa berbentuk pola perilaku. Ketika suatu praktek sudah biasa
dilakukan, berkat pembiasaan ini akan menjadi habit bagi yang
melakukannya. Kemudian pada waktunya akan menjadi tradisi yang sulit untuk
ditinggalkan. Hal ini berlaku untuk semuanya meliputi nilai-nilai buruk maupun
baik.[30]
Berikut adalah tabel kata kunci pendidikan
karakter yang disebutkan dalam undang-undang juga disebutkan dalam buku
pendidikan karakter dimana indikator tersebut memiliki landasan agama atau
tidak.
Tabel II.2. Tabel Landasan Agama Budaya Sekolah
Islam dan 18 Karakter Kebangsaan
Budaya Sekolah Islam
|
Landasan Agama
|
18 Karakter Kebangsaan
|
|
Ya
|
Tidak
|
||
1.
Aku Anak Muslim (Simbol
Islam)
|
ü
|
|
1.
Religius
|
2.
Aku Anak Shalih
(Ketakwaan)
|
ü
|
|
2.
Jujur
|
3.
Rosulullah Teladanku
(Keteladanan yang baik)
|
ü
|
|
3. Toleransi
|
4.
Teman Muslimku Adalah
Saudaraku (Ukhuwah Islamiyah)
|
ü
|
|
4.
Disiplin
|
5.
Giat Menuntut Ilmu
|
ü
|
|
5. Kerja
Keras
|
6.
Lillahi Ta’ala (Ikhlas)
|
ü
|
|
6. Kreatif
|
7.
Kejujuran
|
ü
|
|
7. Mandiri
|
8.
Kemandirian
|
ü
|
|
8.
Demokratis
|
9.
Kebersihan, Kerapihan dan
Keindahan
|
ü
|
|
9. Rasa
Ingin Tahu
|
10. Kedisiplinan
|
ü
|
|
10. Semangat
Kebangsaan
|
11. Kreatif
|
ü
|
|
11. Cinta
Tanah Air
|
|
ü
|
|
12. Menghargai
Prestasi
|
|
ü
|
|
13. Bersahabat/
Komuniktif
|
|
ü
|
|
14. Cinta
Damai
|
|
ü
|
|
15. Gemar
Membaca
|
|
ü
|
|
16. Peduli
Lingkungan
|
|
ü
|
|
17. Peduli
Sosial
|
|
ü
|
|
18. Tanggung-jawab
|
Berhubungan dengan budaya sekolah Ummul Quro
merupakan lembaga pendidikan yang juga konsen terhadap pembentukan karakter
yang dikemas dalam budaya sekolah. Diyakini bahwa dengan adanya budaya sekolah
akan mendorong berakhlakul karimah. Guru dan segenap tenaga kependidikan
melakukan serangkaian usaha melalui berbagai kegiatan yang terstruktur dan
terukur untuk membentuk siswa agar menjadi generasi Islam yang dibanggakan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini penulis menggunakan jenis
penelitian kulitatif-deskriptif. Metode penelitian kulitatif adalah metode
penelitian yang berlandasakan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk
meneliti kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah instrumen kunci,
teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat
Induktif/kulitatif dan hasil penelitian ini lebih menekankan makna daripada
jeneralisasi.[31]
Sedangkan menurut nasution kulitatif berusaha untuk mendeskripsikan secara
komperhensif, holistik integratif dan mendalami melalui kegiatan mengamati
orang dalam lingkungan dan berinteraksi dengan mereka tentang dunia sekitarnya.[32]
Teknik deskriptif adalah pencarian fakta dengan
intrepretasi yang tepat, mempelajarai masalah-masalah dalam masyarakat, serta
situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan-hubungan,
kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, dan pandangan-pandangan serta proses yang sedang berlangsung dan pengaruhnya dari suatu fenomena.[33]
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Ummul Quro Bogor pada tanggal 10
November 2017 dari jam 06.00 – 15.00 WIB. Penelitian dilakukan selama sehari,
dimulai dari proses observasi, studi dokumen, sampai wawancara.
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Menurut Sugiyono, teknik
pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian,
karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Penelitian ini
menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan
dokumentasi. [34]
C. Instrumen
Pada penelitian kualitatif,
peneliti merupakan instrumen utama. Hal ini sesuai dengan pendapat Nasution
yang menyatakan bahwa dalam penelitian kulitatif, manusia adalah instrumen
utama.[35]
Alasanya yaitu segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah,
fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil
yang diharapkan, semuanya belum dapat ditentukan secara pasti dan jelas
sebelumnya. Oleh karena itu, yang menjadi intrumen adalah peneliti sendiri.
Seperti yang telah disebutkan bahwa penelitian ini menggunakan
teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi, maka
dalam pengumpulan data, peneliti sebagai instrumen utama dibantu pedoman
observasi dan pedoman wawancara untuk memudahkan mendapatkan data yang sesuai
dengan kebutuhan penelitian.
D. Teknik Analisis Data
Penelitian kualitatif menggunakan teknik yang fleksibel dalam
proses pengumpulan dan analisis data tergantung pada langkah-langkah terdahulu
yang digunakan dan data yang telah diperoleh.[36] Secara
umum langkah-langkahnya berupa perencanaan, memulai pengumpulan data,
pengumpulan data dasar, pengumpulan data penutup dan melengkapi. Pada
penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah model
interaktif.
E. Subjek Penelitian
Penentuan subjek penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan teknik purposive merupakan teknik pengambilan
sumberdata dengan pertimbangan tertentu, misalnya orang tersebut dianggap tahu
tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan
memudahkan peneliti menjelajahi objek atau kondisi sosial yang diteliti. Subjek
dalam penelitian ini adalah SMP IT Ummul Quro Bogor.
F. Fokus Penelitian
Penelitian ini akan fokus melihat budaya
sekolah dalam perspektif pendidikan karakter. Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam kajian teori
hubungan antara budaya sekolah dalam pembentukan karakter siswa sangat
erat, untuk itu melihat bagaimana
penerapan pendidikan karakter yang dikemas dalam budaya sekolah di SMPIT Ummul Quro menjadi sangat penting.
BAB IV
GAMBARAN UMUM SMPIT UMMUL QURO
A. Sejarah Ummul Quro Bogor
Bermula dari cita-cita luhur dua orang
waqif, yaitu bapak H. Muh. Nawir (alm) dan bapak dr. H. Mursyidin(alm) yang
mempunyai keinginan sama untuk membangun sebuah masjid maka untuk mewujudkan
cita-cita tersebut, Ustadz Drs. H. Dja’far Aziz (waktu itu beliau sebagai
pimpinan Panti Asuhan Darush-Sholihin) memfasilitasi dan menyampaikannya kepada
Ustdz Ir. H. Suswono, MM(waktu itu sebagai Kepala Perguruan Sholahuddin Yayasan
An-Nizariyyah Bogor). Ustdz Ir. H. Suswono, MM pun mengusulkan kepada kedua
waqif tersebut untuk sekaligus membangun Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT)
bersamaan dengan pembangunan masjid. Usulan itupun disepakati, SDIT dibangun
dengan menggunakan dana yang ada, sedangkan masjid dibangun dengan dana bantuan
dari Robithoh ‘Alam Islami dan para muhsinin (donatur) lainnya.
Untuk mewujudkan kedua rencana tersebut,
maka pada tanggal 13 Ramadhan 1416 H, bertepatan dengan tanggal 3 Februari 1996
didirikanlah sebuah yayasan dengan Akte Notaris Ny. Husna Darwis, SH. Nomor 8,
tanggal 3 Pebruari 1996 dan berlokasi di KH. Sholeh iskandar No. 1 Parakan
Jaya, Kemang Bogor yang diberi nama YAYASAN UMMUL QURO dengan pengesahan
Depkumham RI No.C-149.HT.01.02.TH 2005. Adapun pendirinya adalah : KH. Sadeli
Karim, Lc., H. Muh. Nawir (alm), dr. H. Mursyidin (alm), Drs. H. Dja’far Aziz
dan Ir. H. Suswono, MM.
Berdasarkan ketentuan Undang-undang No.
16 tahun 2001 tentang Yayasan, maka dilakukan penyesuaian dengan ketentuan
Undang-undang tersebut, sehingga organ Yayasan yang semula terdiri dari Badan
Pendiri dan Badan Pengurus, berubah dengan organ yang terdiri dari Pembina,
Pengawas dan Pengurus dengan Akte Notaris Ny. Hj. Sri Dewi, SH nomor 23 tanggal
23 September 2004. Nama Yayasanpun
berubah menjadi YAYASAN UMMUL QURO BOGOR.
Di atas tanah waqaf dari H.M. Nawir
seluas 1.111 m2 dan dari dr. Mursidin seluas 1.130 m2 didirikanlah bangunan
masjid berukuran 20m x 20m dengan dana bantuan dari Robithoh ‘Alam Islami.
Diatas tanah ini juga dibangun sebuah gedung sekolah, 2 lantai 6 lokal dengan
dana yang ada saat itu. Pada tahun 1997, Yayasan mendapat amanah untuk
mengelola sejumlah siswa SDIT Sholahuddin yang diserahkan oleh Yayasan
Annizariyah. Seiring dengan kepercayaan orang tua siswa yang turut memberikan
waqafnya, sampai tahun 2012, berkembang pesat dengan luas tanah sekitar 13.386
m2 dan 7 unit bangunan yang ada diatasnya.
Kegiatan Yayasan sampai saat ini masih
lebih dominan pada bidang Pendidikan,
sementara untuk kegiatan dakwah, sosial dan ekonomi masih pada taraf
mula. Pada perkembangannya, kegiatan
pendidikan yang berawal dari 5 kelas SD (kelas 2 – 6 penyerahan dari SDIT
Sholahuddin), pada tahun 1998 berdiri TKIT Ummul Quro, pada tahun 2002 berdiri
SMPIT Ummul Quro, tahun 2005 lahir Ma’had Mu’alimil Qur’an (MMQ), yang kemudian
berganti nama menjadi Diklat Guru Pengajar Al-Quran (DGPQ), untuk melahirkan
para pengajar Al-Qur’an, bagi lembaga dan juga lembaga lain di luar Ummul Quro.
Para mahasiswa berasal dari berbagai profesi dan latar belakang pendidikan,
dari ibu rumah tangga sampai karyawan, mulai lulusan SMA sampai Strata 2, tahun
2011 berdiri SMAIT, sehingga jumlah siswa sampai tahun 2017 ini mencapai 1.728
siswa, yang terdiri dari Siswa TKIT sebanyak 139 siswa, siswa SDIT sebanyak 742
siswa, siswa SMPIT sebanyak 628 siswa, siswa SMAIT sebanyak 221 siswa.
Embrio menjadi lembaga pendidikan
bertaraf internasional sudah mulai tumbuh. Ini ditandai dengan beberapa
prestasi siswa yang diraih di tingkat Internasional baik dalam bidang matematika
maupun dalam Karya Ilmiah Remaja. Juga implementasi Sistem Manajemen ISO
menjadi langkah awal ke arah tersebut. Meraih visi menjadi lembaga yang
berkualitas dan berpengaruh memerlukan upaya yang terus menerus dan terencana
pada tahun-tahun mendatang.
Sebuah kemajuan yang dirasakan cukup
baik ini, berasal dari kepercayaan orang tua dan kerja keras segenap elemen
Yayasan. Karenanya harus disyukuri dan
ditindaklanjuti dengan pembenahan manajemen yang memadai. Selain sebagai sebuah
tuntutan, juga dalam rangka menyongsong optimalisasi pengelolaan aktifitas
bagian da’wah dan sosial.
B. Profil Yayasan dan SMPIT Ummul Quro Bogor
Yayasan Ummul Quro Bogor adalah lembaga atau
yayasan bergerak di bidang pendidikan berupa sekolah islam terpadu dari mulai
taman kanak-kanak (TK) s.d SMA dan DGPQ ( Diklat Guru Pengajar Alquran)
VISI :
Terbentuknya
lembaga pendidikan, da’wah, sosial Islam bagi terwujudnya generasi qurani.
MISI :
a. Membentuk lembaga pendidikan
tingkat Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama,
Sekolah Menengah Umum dan Perguruan Tinggi yang menerapkan Konsep Pendidikan
Islam Terpadu.
b. Membentuk Lembaga Da’wah
dengan mengoptimalkan Masjid sebagai pusat kegiatan ke Islaman di berbagai
sektor kehidupan.
c. Membentuk Lembaga Sosial yang
secara aktif memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Sedang dalam bidang Pendidikan sebagai inti kegiatan Yayasan, telah
ditetapkan visi kebijakan mutu Sekolah Islam Terpadu Ummul Quro Bogor yakni :
PELOPOR SEKOLAH ISLAM TERPADU BAGI TERBENTUKNYA GENERASI QUR ANI.
Kebijakan Mutu di atas mempunyai maksud dan tujuan sebagai berikut
: Pelopor, adalah terdepan dalam kualitas SDM, pembelajaran, pelayanan. Sekolah
Islam Terpadu, adalah sekolah yang melaksanakan proses pembelajaran yang
mengintegrasikan kecerdasan akal, kekuatan dan ketrampilan jasmani, benar dalam
beribadah dan kemuliaan akhlaq. Generasi Qur ani, adalah generasi yang memiliki
aqidah yang lurus, ibadah yang benar, akhlaq yang kokoh, mandiri, cerdas, fisik
yang kuat, bersemangat, teratur dan rapi, disiplin, berguna bagi sesama.
Secara ringkas, target pendidikan dari Sekolah
Islam Terpadu Ummul Quro Bogor tertuang dalam motto : “MEMBENTUK GENERASI
SHALIH CENDEKIA”.
Adapun Visi dan Misi SMPIT Ummul Quro Bogor
adalah sebagai berikut:
Visi:
“Pelopor Sekolah Islam Terpadu Bagi
Terbentuknya Generasi Qur’ani”
Misi:
a. Menjadikan kultur sekolah
yang yang menjunjung tinggi nilai-nilai Islam.
b. Menumbuhkan kesadaran untuk
mengaplikasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.
c. Menguatkan proses pembinaan
dalam menentukan pribadi muslim.
d. Menumbuhkan semangat membaca
dan menghafalkan Al-qur’an.
e. Melakukan standarisasi
penyelenggaraan sekolah yang efektif
dan efisien.
f. Melaksanakan pembelajaran dan
bimbingan secara efektif sehingga setiap unit dapat berkembang secara optimal
sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
g. Menumbuhkan semangat
kungfu-lan secara intensif kepada seluruh siswa di sekolah.
BAB V
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pendidikan Karakter dalam Budaya SMPIT Ummul Quro Bogor
Apa yang dimaksud dengan budaya? Dalam buku
Budaya Sekolah SMPIT Ummul Quro, budaya sekolah diartikan sebagai kebiasaan yang dilakukan disekolah,
kemudian disepakati untuk menjadi kebiasaan. Budaya sekolah memiliki pengaruh
yang besar dalam proses pendidikan, oleh karenanya Ummul Quro memandang bahwa
budaya sekolah adalah nafas semua elemen atau unsur didalam sekolah, sebagai
ciri, juga sekaligus bentuk keunggulan yang dapat dibandingkan dengan sekolah
lain.
Dalam menegakkan budaya sekolah tentu ada
pelanggaran. Pelanggaran tersebut memiliki konsekwensi logis. Budaya sekolah
tidak dapat diartikan sebagai aturan-aturan disekolah semata meskipun
didalamnya memuat aturan-aturan seperti pada umumnya.[37] Aturan
lebih bersifat rigid dan bermakna memaksa, sedangkan budaya tata aturan yang
memiliki makna kesadaran. Didalamnya juga ada hukuman bagi setiap pelanggaran,
disini disebut sebagai konsekwensi logis. Istilah ‘konsekwensi logis’ memiliki
perbedaan makna dan penerapannya jika dibandingkan dengan kata ‘hukuman’. Konsekwensi
logis dimaksudkan untuk memberikan tugas khusus untuk melakukan sesuatu yang
sesuai dengan kesalahan apa yang dibuatnya. Misal, siswa berkata kotor.
Konsekwensinya siswa diminta menuliskan 50 kata baik dan melafalkannya, selain
itu juga diminta menyebutkan sifat-sifat Allah dan mengulanginya. Hal ini
dinilai memiliki korelasi antara berkata kotor dan menuliskan lalu melafalkan
kata baik secara berulang, ketimbang meminta siswa push-up, lari dan lain
sebagainya. Itulah sebabnya disebut dengan konsekwensi logis karena timbal
balik dari kesalahan siswa berupa hukuman yang logis dan bermakna mendidik.
1. Budaya Karakter : Ramah Tamah
Di
sekolah SMP Ummul Quro sudah membiasakan budaya keramah tamahan. Karakter ramah
merupakan ajaran Islam (Al-Baqarah: 83) dimana dalam ayat tersebut
diperintahkan untuk berlaku santun kepada siapapun dan senantiasa menjaga lisan
dengan tutur kata yang baik. Maka jelas ramah tammah adalah salah satu ciri dan
karakter muslim yang baik.
Pendidikan
karakter ramah tamah telah diupayakan oleh sekolah agar menjadi budaya sekolah.
Salah satunya adanya jargon 4S yaitu
senyum, salam, sapa, dan santun yang merupakan upaya untuk mengkampanyekan
budaya keramah tamahan. Namun demikian, budaya dalam sekolah harus disampaikan
kepada siswa agar mereka paham, sebab budaya sekolah membutuh kesadaran oleh
siswa, tentu tidak bisa hanya dengan ditulis tapi juga harus disampaikan secara
verbal, tidak hanya sekali namun bisa berulang kali.
Prosesnya,
pada awal masuk SMPIT Ummul Quro, terlebih dahulu para siswa akan
disosialisasikan tentang Budaya Sekolah saat MPLS (Masa Pengenalan Lingkunagan
Sekolah) atau yang biasa dikenal dengan Masa Orientasi Siswa (MOS).[38]
Kegiatan ini akan berfokus memperkenalkan aturan dan budaya yang diterapkan
disekolah. MPLS dilaksanakan 1 minggu sebelum siswa lain masuk sekolah dengan
diinapkan di luar sekolah, seperti di villa agar lebih fokus terhadap
pengenalan sekolah dan tidak terganggu dengan aktifitas lain. Hal ini
dimaksudkan agar siswa dapat benar-benar memahami budaya apa saja yang harus
mereka ikuti selama menempuh pendidikan disekolah, termasuk budaya keramah
tamahan. Disana akan diajarkan bagaimana tersenyum, bagaimana saat bertemu guru
atau orang lain, bagaimana bersikap sopan santun dan lain sebagainya.
Dalam
MPLS pihak sekolah pada tahun sebelum-sebelumnya menggandeng pihak lain untuk
memanej acara sekaligus terlibat dalam sosialisasi budaya sekolah. Namun tahun
2016 dan seterusnya pihak sekolah mandiri dan tidak melibatkan pihak luar. Di
forum MPLS inilah siswa benar-benar di informasikan bagaimana menjalani
kehidupan disekolah nantinya. Budaya yang baik tidak cukup hanya di pahami dan
dilaksanakn oleh guru saja, namun juga siswa harus pula ikut campur didalamnya.
Sebab pelaku utama dalam penerapan budaya lebih banyak adalah siswa. Semakin
sering dilakukan dengan kesadaran penuh
dalam waktu yang lama dapat membentuk budaya sekolah yang diinginkan.
Adab
bersikap dan berbicara juga diatur dalam buku budaya sekolah. Diantaranya yaitu
siswa harus mendengarkan dengan baik saat guru berbicara. Siswa juga tidak
boleh memotong pembicaraan atau berkomentar negatif dan mencemooh orang lain.
Tujuan diaturnya adab dalam bersikap dan berbicara ini adalah agar siswa
terbiasa bersikap dan berbicara sopan santun. Dalam berkomunikasi dengan sesama
teman juga siswa dilarang melakukan bullying. Siswa yang kedapatan melanggar
harus segera meminta maaf dan diberikan hukuman untuk menuliskan 50 kata baik.
Konsekwensi tersebut dinilai cukup mendidik. Jika pelnggaran yang sama terulang
siswa dikenakan sangsi untuk kultum dan meminta maaf dikelas.[39] Sangsi
tersebut sampai saat ini dinilai sangat efektif dan cukup memberikan efek jera.
Dalam proses menasehati juga guru ditekankan menggunakan hati sehingga dapat
menyentuh hati mereka para siswa. [40]
2. Budaya Karakter: Disiplin
Pada
aspek budaya disiplin, sekolah sangat memperhatikan kedisiplinan, yang meliputi
disiplin waktu, disiplin aturan disiplin berpakaian, disiplin ibadah, dan
disiplin belajar.
Disiplin
waktu, siswa harus datang sebelum jam 7.31. Bagi siswa yang terlambat harus
melapor ke guru piket, menulis daftar keterlambatan siswa, kemudian
menyampaikan alasan keterlambatan. Konsekwensinya adalah membaca Al-qur’an di
depan pintu gerbang dan kultum di kelas tentang urgensi waktu. Konsekwensi yang
diberikan harus bersifat mendidik, maka di Ummul Quro tidak ada sangsi yang
bersifat kekerasan fisik. Membaca Al-qur’an kemudian kultum di kelas sudah
sangat cukup membuat mereka yang terlambat malu kepada guru dan teman-temannya.
Dengan demikian siswa akan disiplin terhadap waktu. Islam sangat memperhatikan
bagaimana seseorang memperhatikan waktu (Al-Ashr : 3).
Kemudian
untuk disiplin berpakaian, sekolah mengkampanyekan dengan membuat contoh
pakaian rapih dan sopan melalui sebuah banner berukuran besar yang di
letakkan disisi depan pintu masuk sekolah.[41] Selain
itu, guru juga mengawasi terhadap penampilan siswa. Bagi siswa yang menggunakan
kaos kaki pendek, maka akan digantikan dengan kaos kaki bola. Bila menggunakan
celana pensil konsekwensinya siswa menaggalkan celana dan menggatinya dengan
sarung sampai pulang sekolah. Dengan begitu siswa siswa merasa malu dan tidak
akan mengulangi kesalahan yang kedua kali. Demikian juga dalam disiplin
berpakaian, Islam juga mengajarkan untuk selalu menggunakan pakaian yang rapih,
bersih dan Indah. “Allah itu indah, dan menyukai yang indah-indah.”(HR.
Muslim)
Pada
aspek ibadah ketika di masjid, kedisiplinan lebih sangat ditekankan. Misalnya
saat wudhu dan shalat. Ketika wudhu siswa diwajibkan untuk menggunakan sendal
dan mengantri dengan tertib, berbaris serta tidak boleh mendahului. Saat menuju
masjid siswa tidak diperkenankan untuk ramai, siswa harus berjalan dengan
tenang.
Selain
itu shalat fardhu yang dilaksanakn di sekolah adalah Dhuhur dan Ashar, dimana
seluruh siswa diwajibkan shalat berjamaah di masjid. Hal ini dapat dilihat dari
aturan bagi siswa yang terlambat shalat berjamah (Masbuk). Bagi yang
terlambat, akan mendapatkan sangsi, yaitu mendapatkan dua sangsi sekaligus. Sangsi
pertama karena terlambat shalat berjamaah dan yang kedua sangsi tidak
melaksanakan shalat sunah qabliyah. Sangsi yang diberikan bukan berupa
hukuman fisik akan tetapi kegiatan yang sifatnya lebih mendidik, seperti
tilawah dan ceramah. Dalam observasi hampir tidak ditemukan siswa yang
terlambat, bahkan mereka sempat melaksanakan shalat qabliyah sebelum shalat. Tujuan
daripada tertib ibadah saat dimasjid adalah agar siswa dapat berwudhu dan
shalat dengan sungguh-sungguh dan sempurna.
Sekolah
juga menekankan untuk selalu mentaati adab ketika di masjid. Misalnya siswa
diminta untuk membiasakan diri berdoa ketika masuk masjid, membawa Al-Qur’an,
membaca Al-Qur’an sebelum dan sesudah shalat, bersungguh-sungguh ketika berdoa,
berjalan dengan tenang saat keluar pintu, senantiasa melaksanakan shalat
Rawatib, serta senantiasa melaksanakan shalat tepat waktu. Tujuan dari
pembiasaan adab di masjid adalah memuliakan masjid sebagai tempat yang suci dan
hendaknya digunakan dengan amal-amal yang mulia.
”Masjid adalah tempat paling
baik dan paling dicintai Allah Swt di muka bumi ini. Dari Abi Hurairah,
Rasulullah Saw bersabda, ”Tempat paling dicintai Allah di negeri-negeri adalah
masjid-masjid dan tempat yang paling dibenci oleh Allah di negeri-negeri adalah
pasar-pasarnya” (HR. Muslim).
3. Budaya Karakter : Cinta Lingkungan
Budaya
cinta lingkungan yang diterapkan di sekolah salah satunya adalah mendaur ulang
sampah-sampah yang masih bisa dijadikan produk. Meskipun bukan menjadi program
unggulan namun program daur ulang sampah tetap berjalan dengan baik sebagai
program mata pelajaran kerajianan tangan.
Budaya
cinta lingkungan juga dapat dilihat dari terdapatnya tempat sampah yang telah
disediakan disekolah. Siswa juga terlihat tidak membuang sampah sembarangan.
Hal ini menunjukkan kesadaran siswa yang cinta akan lingkungan sekolahnya
sendiri. Meskipun demikian pengawasan terhadap aktifitas pelanggaran membuang
sampah terus dilakukan guru untuk menjaga keistiqomahan dalam menjalankan
aturan dan disiplin sekolah.
Hidup
bersih dan sehat merupakan anjuran dalam Islam. Allah berfirman dalam Al-Qur’an
surat Al-Muddatsir ayat 4 “dan bersihkannlah pakaianmu”. Rosulullah juga
bersabda “jauhilah hal-hal yang menyebabkakn timbulnya 3(tiga) laknat:
membuang kotoran di sumber air bersih, dijalan raya dan ditempat berteduh
(HR.Abu Daud)” hal ini memberikan gambaran bahwa Islam sangat menekankan
perilaku hidup bersih dan sehat. Hidup bersih akan membuat seseorang juga tidak
mudah sakit sehingga senantiasa dapat menjalankan ibadah kepada Allah dengan
baik.
Sekolah
sudah melakukan upaya untuk menciptakan budaya lingkungan sekolah yang sehat.
Dimulai dari pengaturan jajanan yang bersih dan sehat, yaitu tata kelola
makanan dikantin sekolah. Disana makanan dan minuman dijamin kesehatannya,
dimana jaminan tersebut diberikan dengan ditempatkannya ahli gizi untuk
memeriksa makanan. Barang kantin yang akan masuk terlebih dahulu diteliti dan
dilihat kandungannya kemudian diseleksi, apakah layak masuk dikantin atau
tidak. Meskipun demikian anak-anak juga masih tetap diperkenankan untuk membawa
bekal dari rumah berupa makanan jadi atau uang jajan, dengan ketentuan tidak
lebih dari Rp 25.000,-. Tujuan dari pengaturan jajan ini adalah agar siswa
terbiasa dengan pola hidup sederhana.
Lingkungan
sekolah sehat juga sangat ditunjang dengan pengaturan sampah. Disekolah telah
disediakan tong sampah yang membedakan antara sampah organik dan sampah
anorganik. Siswa secara aktif telah membuang sampah pada tempatnya sesuai jenis
klasifikasinya. Para guru juga membuat program LAB yaitu ‘lihat, ambil, buang
sampah’ insyaallah berkah.[42] LAB
merupakan program kampanye yang dibuat oleh para guru untuk menyuarakan
kepedulian terhadap sampah.
Dalam
hal kerapihan, pemeriksaan secara berkala juga selalu rutin dilakukan oleh guru
yaitu pada senin pagi. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan kuku, rambut dan
pakaian. Kuku tidak boleh panjang, rambut rapih tidak boleh melewati alis,
telinga dan kerah baju bagi laki-laki; tidak boleh berseragam celana pensil;
tidak boleh menggunakan kaos kaki pendek dan lain-lain sebagaimana yang diatur
dalam buku “Budaya Sekolah dan Konsekwensi Logis”[43].
Sedangkan
budaya PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) yang sudah diterapkan adalah
kegiatan cuci tangan dengan sabun sebelum makan. Siswa dibiasakan untuk selalu
rajin cuci tangan sebelum dan setelah makan. Untuk makan siang siswa SMP Ummul
Quro mengambil catering dari sekolah. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi
jajan siswa diluar yang tidak sehat. Saat jam makan itulah siswa dibiasakan
mencuci tangan dahulu, berdoa sebelum dan sesudah makan.
4. Budaya Karakter: Gemar Membaca
Islam
sangat menganjurkan manusia untuk senantiasa memperbanyak bacaan. Sebagaimana
yang Allah firmankan dalam Al-Qur’an surat Al-Alaq dengan menyebutkan kata
Iqra’ yang artinya bacalah. Sebab dengan membaca akan dapat menambah ilmu
pengetahuan, dan dengan ilmu pengetahuan manusia akan ditinggikan derajatnya
oleh Allah SWT (QS. Al-Mujadalah : 11).
SMPIT
Ummul Quro merupakan salah satu sekolah yang merintis Gerakan Literasi Sekolah
(GLS) di kabapaten Bogor. Anggota GLS terdiri dari 40 sekolah sekabupaten
Bogor. Beberapa kali Jambore literasi se-Jawa Barat, SMPIT Ummul Quro
mendapatkan penghargaan sebagai juara 1. Program ini merupakan program gubernur
yang dimaksudkan untuk meningkatkan minat baca dilingkungan sekolah di Jawa
Barat.
Untuk
meningkatkan minat baca di SMPIT Ummul Quro sekolah membuat komunitas yang
diberinama Kolase (Komunitas Literasi Sekolah). Didalamnya terdiri dari siswa-siswa
yang aktif dalam kegiatan baca-membaca buku. Masing-masing siswa memiliki media
untuk menunjukkan minat baca dan seberapa banyak membaca yaitu dengan ‘pohon
baca’. Daun bertuliskan buku dan tema-tema bacaan yang sudah selesai dibaca.
Semakin rimbun daun menunjukkan siswa tersebut semakin banyak membaca. Hal ini
juga memotivasi siswa untuk terus semangat membaca untuk memperimbun daun.
Untuk
menunjang kegiatan tersebut pula yayasan memiliki sebuah program yang disebut
Pusling (Perpustakaan Keliling). Perpustakaan ini berisi sekitar 30-an buku
yang keliling dari kelas-perkelas tiap pekan. Buku-buku tersebut dibaca saat
istirahat. Antusiasme siswa sangat tinggi terhadap buku-buku bacaan. Minat baca
siswa SMP Ummul Quro sudah sangat terbangun, hal ini juga sangat dipengaruhi
oleh doktrin guru terhadap pentingnya membaca. Selain itu juga siswa diberikan
media untuk menyalurkan bakat menulisnya melalui sebuah majalah yang dinamakan
‘Intelligent’. Majalah ini berisikan karya-karya siswa-siswi SMP Ummul Quro.
Mereka yang memiliki tulisan dan dapat menembus tim redaktur untuk diterbitkan
mereka akan diberikan hadiah atau kompensasi. Meskipun nilainya tidak besar,
kisaran 20.000 ribuan namun membuat siswa-siswi senang dan termotivasi untuk
terus menulis.
Sedangkan
budaya membaca Al-qur’an di Ummul Quro secara keseluruhan telah dibuatkan
program mengaji pagi atau yang disebut (Pesantren Qur’an Siswa). Sebelum jam
7.00 pagi siswa sudah memenuhi masjid untuk membaca Al-qur’an. Tidak hanya
membaca namun mereka juga mengulang kembali hafalan Al-Qur’an, karena di
Pesantren Qur’an Siswa ini memiliki program tahfidz, yang juga menjadi program
unggulan Ummul Quro.
Program
tahfidz merupakan program peminatan siswa, namun jumlah peminat dalam program
ini sangat besar. Untuk itu guru-guru Hafidz yang dipersiapkan untuk membimbing
diprogram ini cukup banyak. Metode yang digunakan adalah metod Cahayaku, dimana
metode ini merupakan metode ciri khas yang tidak ada ditempat lain. Metode ini
merupakan hasil kreasi guru Al-qur’an dalam mengagas baca tulis Al-qur’an yang
baik. Metode ini dapat dikatakan sebagai metode gabungan antara Qiraati dan
Ummi, dimana keduanya saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Sebelum masuk
dalam Pesantren Qur’an siswa Ini, terlebih dahulu siswa dites untuk penempatan.
Nantinya siswa akan dikelompokkan berdasarkan jenjang kemampuan yang setara.
Dengan demikian memudahkan guru dalam proses pengajaran.
Program
lain juga siswa diwajibkan membaca 5 halaman perhari, baik itu disekolah maupun
dirumah. Siswa tidak boleh tertinggal walaupun hanya sehari tidak membaca
Al-qur’an.
5. Budaya Karakter: Religius
Dalam
mengembagkan sikap religi indikator yang dapat dilihat adalah sholat duhur dan
ashar secara berjamaah. Dalam prakteknya guru tetap melakukan pengawasan.
Jumlah jamaah shalat ketika duhur dan ashar penuh di masjid dan tidak ada siswa
yang shalat sendiri-sendiri (munfarid). Bahkan sebelum shalat siswa
telah terbiasa melakukan shalat Qabliyah sebagai bagian dari shalat fardhu.
Meskipun tetap diberlakukan adanya konsekwensi logis atau hukuman bagi siswa
yang terlambat shalat (ma’mum masbuk) namun dapat dilihat hampir tidak
ada siswa yang terlambat. Hal ini menunjukkan bahwa budaya shalat berjamaah
telah terbentuk di sekolah Ummul Quro.
Untuk
mengembangkan sikap religius seperti yang telah disebutkan diatas siswa
dibiasakan untuk membaca Al-Qur’an sebelum dan sesudah shalat fardhu, shalat
sunah Rawatib dan berdzikir. Siswa juga dibiasakan untuk melaksanakan shalat
Dhuha, dengan target 5 kali per-pekan minimal 2 rakaat. Konsekwensi bagi siswa
yang tidak melaksanakn shalat Dhuha siswa dilarang istirahat. Jika sekali
meninggalkan 1 kali shalat dhuha maka diminta menambah rakaat. Tujuan
diberlakukan ini adalah agar siswa senantiasa mencintai sunnah Rasul
diantaranya shalat-shalat sunnah.
Selain
itu siswa juga dibiasakan untuk melaksanakan Tilawah pagi/Murajaah. Waktunya
adalah sebelum masuk sekolah, yaitu antara jam 06.15 WIB-07.00 WIB. Tujuan
daripada kegiatan ini adalah agar membiasakan siswa memulai segala kegiatan
dengan Tilawah dan Murajaah dan senantiasa mencintai Al-Qur’an.
6. Budaya Karakter: Peduli Sosial
Sebagai
makhluk sosial manusia diperintahkan untuk senantiasa melihat realita sosial
minimal yang terjadi disekitarnya. Kita diperintahkan untuk membantu yang lemah
(QS. An-Nisa: 36) dan saling tolong menolong dalam kebaikan (QS. Al-Maidah: 2).
Kepedulian terhadap orang lain harus ditumbuhkan kepada peserta didik, untuk
itu perlu riyadhah dan pembiasaan kepada mereka yang ditanamkan sejak sekolah.
Dalam
hal lain, untuk menumbuhkan karakter Peduli Sosial sekolah memiliki program bakti sosial berupa
sumbangan. Sumbangan tersebut diberikan kepada orang yang membutuhkan. Program
ini disebut dengan Gemarin (Gemar Berinfaq). Program yang dilaksanakan tiap
Jum’at ini bertujuan untuk membiasakan anak agar sejak dini terbiasa dengan
kegiatan Infaq dan shodaqoh, yaitu bagian dari sisi kehidupan yang tidak bisa
dilepaskan dari pribadi tiap-tiap musilim. Sumbangan yang dikumpulkan sedikit
demi sedikit akan dapat membantu orang lain, baik itu dalam jumlah besar atau
kecil namun pasti memiliki nilai manfaat yang besar.
7. Budaya Karakter: Ketauladanan
KeteladaSMP
Ummul Quro sebagai sekolah yang memegang teguh tentang sikap ketauladanan.
Untuk mengajarkan kepada siswa terlebih dahulu guru yang menjadi pelopor dalam
segala hal. Misal saja dalam keramah tamahan yang di sebut 4S (senyum salam,
sapa dan santun) guru terlebih dahulu istiqomah menjalankannya. dalam menyambut
tamu, bertemu siswa, bertemu orang lain yang tidak dikenal dilingkungan sekolah
saling menyapa. Sikap sosial dan keramah tamahan telah diajarkan dalam
beriteraksi guru dilingkungan pendidikan.
Tentang
disiplin, guru juga terlebih dahulu mempraktekkan bagaimana menghargai waktu
dengan tidak pernah terlambat datang kesekolah. Bahkan untuk menampilkan bahwa
guru datang lebih awal ada program yang disebut “sapa pagi’. Sapa pagi adalah
kegiatan guru didepan pintu gerbang sekolah menyambut anak-anak yang datang.
Ketauladanan
juga dicontohkan oleh guru dari sisi berpakaian. Pakaian yang sopan dan rapih
sesuai dengan aturan tentunya yang menjadi patokan adalah guru sebagai suri
tauladan. Bagaimana standar kerudung sopan dan rapih, baju, celana dan rok dan
lain sebagainya telah terlebih dahulu dilakukan oleh para guru.
B. Matriks Hubungan Budaya Sekolah Islam dan Karakter Kebangsaan
Budaya sekolah Islam sekolah Islam
Terpadu jika dipadu padankan dengan 18 Karakter Kebangsaan dalam konsep
pendidikan karakter Kementerian Pendidikan memiliki kesamaan alur. Berikut ini
adalah matriks hubungan antara keduanya serta indikator pendidikan karakter yang
ditemukan di lapangan.
Tabel V.1: Matriks Hubungan Budaya
Sekolah dan Karakter Kebangsaan serta Indikatornya.
Budaya Sekolah Islam
|
18 Karakter Kebangsaan
|
Indikator Yang ditemukan
|
§ Aku Anak Muslim (Simbol Islam)
|
§
|
§ Berpakaian
muslim, menutup aurat
§ Mengucapkan
salam
§
|
§ Aku Anak Shalih (Ketakwaan)
|
§ Religius
§ Jujur
|
§ Membiasakan
membaca Al-Qur’an
§ Membiasakan
shalat Dhuha
§ Membiasakan
shalat berjamaah di Masjid tepat waktu
§
|
§ Rosulullah Teladanku (Keteladanan yang baik)
|
§ Toleransi
§ Semangat
Kebangsaan
§ Cinta
Tanah Air
§ Cinta
Damai
|
§ Merayakan
hari-hari nasional diantaranya hari pahlawan nasional 10 November
§ Melaksanakan
upacara bendera.
|
§ Menghormati Orang Tua dan Guru
|
§
|
§ Bertutur
kata sopan santun kepada guru
§ Menerapkan
4S
|
§ Teman Muslimku Adalah Saudaraku (Ukhuwah Islamiyah)
|
§ Peduli
Lingkungan
§ Peduli
Sosial
§ Bersahabat/
Komuniktif
|
§ Tidak
membullying teman
§ Menghargai
prestasi teman
§ Meminta
maaf jika salah
§ Tidak
mencemooh
§ Adanya
program Gemarin (gemar berinfaq) untuk lingkungan sekitar
|
§ Giat Menuntut Ilmu
|
§ Rasa
Ingin Tahu
§ Gemar
Membaca
|
§ Adanya
program GLS (gerakan Literasi Sekolah)
§ Adanya
majalah hasil karya siswa.
§ Adanya
program Perpustakaan Keliling.
§ Motivasi
membaca dari siswa
§ Adanya
penghargaan bagi penulis dimajalah.
§ Menghafalkan
Al-Qur’an
|
§ Lillahi Ta’ala (Ikhlas)
|
§
|
§
|
§ Kejujuran
|
§ Demokratis
§ Menghargai
Prestasi
§ Tanggung-jawab
|
§ Menerima
dengan ikhlas hukuman dari guru jika bersalah
§ Mengakui
kesalahan
|
§ Kemandirian
|
§
|
§
|
§ Kebersihan, Kerapihan dan Keindahan
|
§
|
§ Lokasi
bersih dan tidak ada yang membuang sampah sembarangan
§ Adanya
aturan cara berpakaian yang rapih dan sopan.
§ Rambut,
kuku yang harus rapih.
§ Adanya
konsekwensi bagi pelanggaran busana
§ Pemilahan
jenis sampah
§ Daur
ulang sampah melalui kerajinan tangan.
|
§ Kedisiplinan
|
§ Disiplin
|
§ Disiplin
waktu
§ Disiplin
terhadap aturan yang ada.
|
§ Kreatif
|
§
|
§
|
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat
disimpulkan, yang dimaksud dengan budaya sekolah Islami adalah kehidupan sekolah yang tumbuh dan berkembang dengan
ciri-ciri khas, karakter, perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian,
simbol-simbol berdasarkan spirit dan nilai-nilai-nilai Islam, yang sengaja
dibangun untuk menanamkan akhlak peserta didik. Nilai-nilai Islam adalah kata
kunci dalam penerapan budaya sekolah Islami, dimana sebuah nilai memiliki
kebenaran universal serta tidak bertentangan dengan nilai-nilai keislaman dan
bahkan dianjurkan.
Budaya
Karakter Sekolah di SMPIT Ummul Quro yang telah memenuhi unsur Budaya Sekolah
Islam adalah : (1) unsur simbol Islam
(2) Ketakwaan (3) Meneladani Rosulullah (4) Mengajarkan tentang ukhuwah Islamiyah
(5) Senantiasa giat menuntut ilmu (6) Kejujuran (7) Kemandirian (8) kebersihan,
kerapihan dan keindahan (9) Kedisiplinan. Adapun aspek yang belum tercapai
dalam indikator (1) Keikhlasan, (2) Kemandirian dan (3) Kreatifitas.
B. Saran
Dari hasil penelitian diatas ditemukan ada 3
unsur yang belum terkemas dalam pengembangan budaya sekolah Islam, yaitu
keikhlasan, kemandirian, dan kreatifitas. Kami berharap agar kiranya pihak
sekolah SMPIT Ummul Quro dapat melakukan perbaikan dalam mengemas budaya
sekolah yang mengembangkan ketiga unsur tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : PT. Asdi
Mahasatya
Aly, Hery Noer dan Mundzir S. 2003. Watak
Pendidikan Islam. Jakarta: Friska Agung Insani.
Azizy A. Qodri. 2003. Pendidikan Agama Untuk
Pengembangan Etika Sosial. Semarang: Etika Ilmu.
Bafadol, Ibrahim. 2009.Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara
Buku Budaya Sekolah dan Konsekwensio Logis
adalah aturan-aturan yang dibuat oleh sekolah berikut sangsi-sangsinya.
Buku Budaya Sekolah dan Konsekwensio Logis SMPIT
Ummul Quro
Departemen Pendidikan Nasional RI. 2003. Undang-Undang
RI No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta :
Departemen Pendidikan. Cet-1.
Depdiknas. 2003. Undang-Undang RI No 20
tahun 2003. Jakarta: Depdiknas
Depdiknas. Undang-Undang RI No 20 tahun 2003.
Jakarta: Depdiknas
Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah. Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Pedoman
Pengembangan Kultur Sekolah. Penerbit : School Reform 01.
Kementerian Pendidikan
Nasional dan Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, Pengembangan
Pendidikan dan Budaya dan Karakter Bangsa, Jakarta: Kemendiknas, 2010. Di
download dari http://gurupembaharu.com/home/wp-content/uploads/downloads/2011/11/Panduan-Penerapan-Pendidikan-Karakter-Bangsa.pdf
Margono, Slamet 1994. Manajemen Mutu Terpadu dan Perguruan Tinggi Bermutu. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Mohammad. Oemar. 1979. Filsafat
Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang,
Muhaimin. Dkk. 2011. Manajemen Pendidikan. Jakarta :
Kencana Prenada Media Group.
Muhammad Rasyid Ridha, As- Sayid. 1993. Tafsir Al-Manar.
Jakarta: Pustaka Hidayah
Nana Syaodih. 2005. Landasan Proses Psikologi Pendidikan.
Bandung: Rosdakarya.
Nata, Abudin. 2010. Manajemen Pendidikan :
Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam Indonesia. Jakarta: Kencana.
Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian.
Jakarta: PT. Ghalia Indonesia.
Nurwahid, Hidayat. 2006. Sekolah Islam Terpadu:
Konsep dan Aplikasinya. Jakarta: Syamii Cipta Media.
Sanaky, Hujair. 2003. Paradigma Pendidikan
Islam. Yogyakarta: Safia Insani Press.
Saptono. 2011. Dimensi-dimensi
Pendidikan Karakter. Jakarta: Penerbit Erlangga Group.
Sugiono. 2012. Metode Penelitian Kulantitatif,
Kualitatid dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sunarto, Achmad. 1999. Riyadhus Shalihin, terj.Riyadhus
shalihin oleh Al-Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf An-Nawawi. Jakarta:Pustaka
Amani. jilid 1
Supardi. 2015. Sekolah Efektif: Konsep Dasar dan
Praktiknya. Jakarta: Raja Grafinda
Persada.
Wawancara denga Ust. Zulkarnain pada tanggal 10
November 2017 jam 13.00, di kantor guru.
Yusanto, M. Ismail dkk. 2011. Menggagas
Pendidikan Islam. Bogor: Al Azhar Press
Zamroni. 2000. Paradigma Pendidikan Masa
Depan. Yogyakarta: Bigraf Publishing.
[1]Abudin
Nata, Manajemen Pendidikan : Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam Indonesia,
Jakarta: Kencana, 2010, Cet-4, Hlm. 207
[2]
Hidayat Nurwahid, Sekolah Islam Terpadu: Konsep dan Aplikasinya, Jakarta:
Syamii Cipta Media, 2006, Hlm. 1
[3][3]
Departemen Pendidikan Nasional RI, Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta : Departemen Pendidikan, 2003, Cet-1, Hlm.
6
[4]Hujair
Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam, Yogyakarta: Safia Insani Press,
2003, hlm. 133
[5]Ibrahim
Bafadol, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah,
Jakarta: Bumi Aksara 2009, hlm. 13
[6]
Depdiknas, Undang-Undang RI No 20 tahun 2003, Jakarta: Depdiknas
[7]Slamet
Margono, Manajemen Mutu Terpadu dan Perguruan Tinggi Bermutu, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1994, hlm. 54
[8]Hery Tarno Daryanto, Pengelolaan Budaya Dan Iklim Sekolah. Yogyakarta:
Gava Media, 2015, hlm. 1
[9]Abu
Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, Jakarta : PT. Asdi Mahasatya, 2004. hlm.
56
[10] Deal dan Paterson dalam Supardi. Sekolah Efektif: Konsep Dasar dan Praktiknya, Jakarta: Raja Grafinda Persada, 2015, hlm.
221
[11]Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah. Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman
Pengembangan Kultur Sekolah. Penerbit : School Reform 01, 2002, hlm. 14
[12] Oemar Mohammad, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan
Bintang, 1979, hlm. 490
[13] Ibid., hlm. 313
[14] Ibdi., hlm. 319
[15] Ibdi, hlm. 314
[16] Ibdi, hlm. 316
[17] Ibdi, hlm. 316
[18] Ibdi, hlm. 322
[20] M. Ismail Yusanto,dkk, Menggagas Pendidikan Islam, Bogor: Al
Azhar Press, 2011, hlm. 193-194
[21] Achmad Sunarto, Riyadhus
Shalihin, terj.Riyadhus shalihin oleh Al-Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf
An-Nawawi, Jakarta:Pustaka Amani:1999, jilid 1, hlm. 705
[23] Saptono, Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter, Jakarta: Penerbit
Erlangga Group, 2011, hlm. 20
[24] Ibid., hlm. 20
[25] Ibid., hlm. 21-22
[26] Ibid., hlm.
[27]
Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, Yogyakarta: Bigraf Publishing,
2000, hlm. 152
[28]
Hery Noer Aly dan Mundzir S, Watak Pendidikan Islam, Jakarta: Friska
Agung Insani, 2003, hlm. 143
[29] Kementerian Pendidikan Nasional dan Badan Penelitian dan Pengembangan
Pusat Kurikulum, Pengembangan Pendidikan dan Budaya dan Karakter Bangsa, Jakarta:
Kemendiknas, 2010. Di download dari http://gurupembaharu.com/home/wp-content/uploads/downloads/2011/11/Panduan-Penerapan-Pendidikan-Karakter-Bangsa.pdf
[30]
A. Qodri Azizy, Pendidikan Agama Untuk Pengembangan Etika Sosial, Semarang:
Etika Ilmu, 2003, hlm. 142
[31]Sugiono,
Metode Penelitian Kulantitatif, Kualitatid dan R&D, Bandung:
Alfabeta, 2012, hlm. 9
[32]
Moh. Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 2003, hlm.
16.
[33]Moh.
Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 2003), hlm. 16
[36]Nana
Syaodih, Landasan Proses Psikologi Pendidikan, Bandung: Rosdakarya,
2005, hlm. 114
[37]
Wawancara dengan Ustadz Zulkarnain pada tanggal 11 November 2017 di kantor
guru.
[38] Wawancara dengan Ust. Zulkarnain pada tanggal 10 November 2017
[39] Buku Budaya Sekolah SMPIT Ummul Quro-Bogor
[40] Wawancara dengan Ust. Zulkarnain tanggal 10 November 2017
[41]
Observasi di SMP IT Ummul Quro pada tanggal 10 November 2017
[42]
Wawancara denga Ust. Zulkarnain pada tanggal 10 November 2017 jam 13.00, di
kantor guru.
[43]
Buku Budaya Sekolah dan Konsekwensio Logis adalah aturan-aturan yang dibuat
oleh sekolah berikut sangsi-sangsinya.
0 Komentar: