LAPORAN SUPERVISI PENDIDIKAN “BUDAYA SEKOLAH ISLAM” OBSERVASI DI SEKOLAH SMPIT UMMUL QURO

BAB I


PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Kemajuan pengetahuan dan teknologi belakang ini semakin pesat. Dapat dilihat dari perubahan gaya hidup yang bergantung dengan gadget, dimana semua akses informasi ada digenggaman. Hal ini mempengaruhi kualitas pendidikan kita sehingga berdampak baik sekaligus berpotensi buruk. Dilingkungan pendidikan hal ini harus diwaspadai, jangan sampai perkembangan ilmu dan teknologi justru akan membawa kearah yang tidak diinginkan seperti semakin meningkatnya degradasi moral siswa.[1]
Pendidikan pada hakekatnya mengembangkan kepribadian dan karakter sosial siswa.[2] Pendidikan mengupayakan agar manusia dapat tumbuh dan berkembang serta mengalami perubahan membentuk pribadi yang semakin baik. Dalam prosesnya pendidikan mengandung aspek penempaan jasmani dan rohani yang dilakukan secara sadar oleh seorang pendidik. Sebagaimana yang tertuang dalam UU Sisdiknas dikatakan bahwa “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif dan bisa mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[3]
Oleh karenannya dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan merupakan usaha untuk membentuk kepribadian siswa melalui serangkaian proses pembelajaran. Siswa harus menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan untuk dapat memnuhi kebutuhan dan tantangan dimasa depan yang semakin kompleks.[4] Lingkungan pendidikan sangat mempengaruhi terhadap pembentukan siswa dan juga merupakan bagian yang amat penting dalam proses pendidikan.
Sekolah merupakan laboratorium bagi masyarakat untuk menciptakan perubahan di suatu masyarakat terutama dalam aspek pembentukan karakter.[5] Didalamnya memiliki sistem yang kompleks dan dinamis, keseluruhannya bagian dari lingkungan pendidikan.
Jika dikaitkan dengan mutu pendidikan maka lingkungan sekolah berperan serta dalam pembentukan mutu sekolah. Terdapat 2 strategi utama dalam meningkatkan mutu pendidikan disuatu lingkungan sekolah, yaitu strategi yang berfokus pada dimensi struktural dan kultural (budaya).[6] Sekolah perlu diberikan kepercayaan untuk mengatur dan mengurus dirinya sendiri guna mencapai tujuan-tujuan pendidikan, salah satunya dengan melaksanakan budaya sekolah yang paling utama memperbaiki karakter peserta didik yang kian lama kian sulit terkontrol. [7]

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana yang dimaksud dengan budaya sekolah Islam?
2.      Bagaimana budaya sekolah Islam yang diterapkan di SMPIT Ummul Quro Bogor?

C.    Tujuan Penulisan

1.      Agar mengetahui bagaimana konsep budaya sekolah Islam.
2.      agar mengetahui bagaimana budaya sekolah Islam diterapkan di SMPIT Ummul Quro Bogor.


BAB II

KAJIAN TEORI

A.    Pengertian Budaya Sekolah Islami

Secara etimologis budaya diartikan sebagai culture berasal dari kata colere yang berarti membajak tanah, mengelola, memelihara ladang.[8] Secara terminologi budaya diartikan sebagai Way of Life yaitu cara yang memiliki karakteristik dan identitas tertentu pada diri satu bangsa. Namun secara formal budaya diartikan sebagai keseluruhan pola, perilaku yang dikirimkan melalui kehidupan sosial, seni, agamakelembagaan dan segala hasil kerja dan pemikiran manusia dari satu kelompok manusia.
Dalam bahasa Sanskerta dikenal dengan istilah Budayyah, yaitu bentuk jamak dari kata Budhi yang berarti budi atau akal.[9] Pendapat lain ada yang mengatakan budaya berasal dari penggabungan dua kata budi dan daya, yang berarti daya dari budi. Mengartikan budaya dengan kebudayaan dari sini memiliki makna yang berbeda. Namun secara garis besar kebudayaan adalah usaha manusia, baik hasil secara material maupun spiritual dan bahwa kebudayaan itu adalah milik dan warisan sosial, kebudayaan itu terbentu dalam dan dengan interaksi sosial dan diwarisakn kepada generasi mudanya dengan jalan enkulturasi atau pendidikan.
Menurut Deal dan Paterson menyatakan bahwa budaya sekolah merupakan sekumpulan nilai yang melandasi nilai, perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktekkan oleh Kepala Sekolah, guru, petugas administrasi, siswa dan masyarakat sekitar sekolah.[10] Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak yang dimiliki sekolah tersebut bersama masyarakatnya secara luas.
Budaya sekolah adalah kualitas sekolah di kehidupan sekolah yang tumbuh dan berkembang berdasarkan spirit dan nilai-nilai tertentu yang dianut sekolah.[11] Lebih lanjut dikatakan bahwa budaya sekolah adalah keseluruhan latar fisik, lingkungan, suasana, rasa, sifat, dan iklim sekolah yang secara produktif mampu memberikan pengalaman baik bagi bertumbuh kembangnya kecerdasan, keterampilan, dan aktifitas siswa. Budaya sekolah dapat ditampilkan dalam bentuk hubungan kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lainnya bekerja, kedisiplinan, rasa tanggung jawab, berfikir rasional, motivasi belajar, kebiasaan memecahkan masalah secara rasional.
Menciptakan Budaya Sekolah merupakan upaya untuk memberikan ruang pergaulan yang baik untuk peserta didik dalam proses pendidikan. sebab lingkungan sangat mempengaruhi pembentukan kepribadian peserta didik utamanya dalam pembentukan akhlak mereka. Untuk itu perlu didesain sebuah lingkungan yang sarat akan nilai keislaman, kedisiplunan, cinta ilmu dan nilai-nilai positif lainnya. Benarlah yang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam katakan bahwa agama seseorang itu tergantung lingkungan pergaulannya.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Seseorang itu akan mengikuti agama teman dekatnya (baca:lingkungan pergaulannya). Oleh karena itu hendaknya kalian perhatikan siapakah yang kalian jadikan sebagai teman dekatnya” (HR Abu Daud no 4833, dinilai hasan oleh al Albani).”
Sedangkan untuk menggambarkan sekolah Islam, ada yang disebut sebagai ciri pendidikan Islam yang dikemukakan oleh Oemar Mohammad, bahwa pendidikan Islam harus menonjolkan tujuan agama dan akhlak sebagai tujuannya, serta kandungan-kandungan, metode-metodealat-alat dan tekniknya bercorak agama. Tentu hal tersebut harus tersebut berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits.[12] Dengan kata lain sekolah Islam harus bernafaskan Islam serta berlandaskan ajaran Islam.
Dapat disimpulkan, yang dimaksud dengan budaya sekolah Islami adalah kehidupan sekolah yang tumbuh dan berkembang dengan ciri-ciri khas, karakter, perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, simbol-simbol berdasarkan spirit dan nilai-nilai-nilai Islam, yang sengaja dibangun untuk menanamkan akhlak peserta didik. Nilai-nilai Islam adalah kata kunci dalam penerapan budaya sekolah Islami, dimana sebuah nilai memiliki kebenaran universal serta tidak bertentangan dengan nilai-nilai keislaman dan bahkan dianjurkan.
 

B.     Landasan Budaya Sekolah

Budaya sekolah perlu diciptakan dalam rangka membentuk kepribadian siswa yang berkarakter, memiliki landasan filosofis akan nilai agama, budaya Indonesia dan Pancasila. Oleh karenanya landasan yang digunakan dalam pembentukan budaya sekolah sama halnya dengan landasan pendidikan karakter. Pendidikan karakter memiliki setidaknya 4 landasan penting, yaitu landasan agama, landasan Pancasila, landasan budaya dan landasan Undang-undang Sisdiknas. Namun secara umum landasan tersebut secara operasional dapat dirangkum ke dalam 2 landasan pokok, yaitu landasan secara yuridis (undang-undang), dan landasan secara agamis (agama).
1.      Landasan Undang-undang
a.       Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 2 Amandemen kedua yang mengamanatkan bahwa: Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan Nasional untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur undang-undang.
b.      Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi: Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
c.       Permendiknas Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Pembinaan Kesiswaan bab 1 pasal 1, bahwa tujuan pembinaan kesiswaan adalah: Mengembangkan potensi siswa secara optimal dan terpadu yang meliputi bakat, minat, dan kreativitas; Memantapkan kepribadian siswa untuk mewujudkan ketahanan sekolah sebagai lingkungan pendidikan sehingga terhindar dari usaha dan pengaruh negatif dan bertentangan dengan tujuan pendidikan;
d.      (Perpres) Nomor: 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter. Dalam Perpres ini disebutkan, Penguatan Pendidikan Karakter yang selanjutnya disingkat PPK adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). “PPK dilaksanakan dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan karakter terutama meliputi nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab,” bunyi Pasal 3 Perpres ini.
2.      Landasan Agama
Dalam terminologi Islam karakter lebih sempit diartikan sebagai akhlak. Islam sangat menekankankan bagaimana akhlak dapat dibangun dalam diri peserta didik. Setidaknya dalam Al-Qur’an telah menyebut 1504 ayat yang berhubungan dengan akhlak, atau kadarnya hampir seperempat ayat Al-Qur’an.[13]
Akhlak adalah kebiasaan atau sikap yang mendalam dalam jiwa darimana timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dan gampang. Sebagaimana juga telah diberikan ta’rif oleh tokoh pemikir Islam seperti Ibnu Maskawaih dan Al-Ghazali yang mengatakan bahwa “Akhlak itu satu keadaan atau bentuk jiwa dariamana timbul perbuatan-perbuatan tanpa fikir”. Tentu dalam membentuk akhlak seseorang butuh proses yang amat panjang melalui pendidikan, latihan, riyadhah, jiwa dan berusaha kuat (mujahadah) untuk selalu melakukan perubahan karah yang lebih baik.[14]
Diantaranya Allah berfirman sewaktu memuji Nabi Muhammad Saw :
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ ﴿٤﴾
“Sesungguhnya engkau berada dalam akhlak yang mulia” (Al-Qalam: 4)
Ayat ini menganggap Rosulullah memiliki akhlak yang paling mulia, dan pujian tertinggi yang dapat diberikan kepadanya. Ibnu Abdu Rabbih dalam kitabnya Al-Aqd Al-Farid bahwa Allah telah menyusun baginya (Muhammad) akhlak itu ke dalam 3 kata yaitu terimalah maaf, perintahkanlah kepada ma’ruf dan berpalinglah dari orang-orang jahil.  Menerima maaf ini menautkan perhubungan sesudah terputus dan memaafkan kepada orang yang menganiayanya. Dalam perintah ma’ruf agar senantiasa bertakwa kepada Allah, menutup mata dari yang haram dan memelihara lidah dari dusta. Serta yang terakhir adalah berpaling dari orang-orang bodoh yaitu agar tidak terpengaruh dengan mereka.[15]
Rosulullah dalam hadistnya juga telah bersabda:
اَكْمل المؤمنين ايمانااحسنهم اخلقاا وخياركم خياركم لنسائه
“Orang-orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan yang paling baik diantara kamu adalah yang paling baik kepada istrinya.”[16]
اكثر ما يدخل الناس الجنة : تقو الله وحسن الخلق
“Yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam surga adalah takwa kepada Allah  dan akhlak yang baik”[17]
احسنو اخلا قكم
“Baikilah akhlakmu !”[18]

C.    Unsur-unsur Budaya Sekolah Islami

Budaya sekolah merupakan sesuatu yang dibangun dari hasil pertemuan antara nilai-nilai (values) yang dianut oleh guru-guru dan para karyawan yang ada dalam sekolah /madrasah tersebut.[19] Nilai-nilai tersebut dibangun oleh pikiran-pikiran manusia yang ada dalam sekolah. Pertemuan pikiran-pikiran manusia tersebut kemudian menghasilkan apa yang disebut dengan “pikiran organisasi”. Dari pikiran organisasi itulah kemudian muncul dalam bentuk nilai-nilai tersebut akan menjadi bahan utama pembentuk budaya sekolah. Jadi, budaya sekolah Islami adalah cerminan dari pikiran organisasi yang berdasarkan  nilai-nilai kemuliaan Islam. Dari budaya tersebut kemudian muncul dalam berbagai simbol dan tindakan yang kasat indra yang dapat diamati dan dirasakan dalam kehidupan sekolah sehari-hari.
Budaya sekolah Islam sebagaimana dirancang dalam pendidikan Islam Terpadu (IT) setidaknya ada 12 poin[20], yaitu:
1.      Aku Anak Muslim (Simbol Islam)
Siswa harus memiliki kesadaran bahwa dirinya adalah hamba yang diciptakan oleh Allah SWT. Sebagai muslim anak tidak segan bahkan bangga menampilkan simbol Islam dan perilaku Islami dilingkungan keluarga dan masyarakatnya. Anak harus senantiasa dibiasakan untuk menampilkan apa yang diperintahkan Allah, menjalankannya dengan istiqamah dan bertanggung jawab. Istiqomah adalah kunci dalam membentuk kepribadian muslim dalam lingkup budaya sekolah islami. Hal ini dimaksudkan agar nilai-nilai agama dapat terpatri dalam jiwa peserta didik.
Menampilkan simbol-simbol Islam dalam artian adalah tidak malu untuk menampilkan akhlak Islam, penampilan Islam dilingkungan sekolah, rumah dan masyarakat. Dengan tidak malu dan istiqamah menampilkannya maka akan dapat mempengaruhi orang disekelilingnya, sehingga terciptalah budaya Islami. Bertingkah laku sebagaimana muslim tentu harus mencerminkan seorang muslim terutama dalam akhlak.
Diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Shahihnya hadits no.10 dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
“Seorang muslim adalah seseorang yang orang muslim lainnya selamat dari ganguan lisan dan tangannya”
Dari hadis diatas menjelaskan bahwa penting bagi seorang muslim untuk selalu bertutur kata yang baik, jangan sampai menyakiti hati saudara sesama muslim atau manusia yang lain. Ini erat kaitannya dengan menjaga hubungan manusia dengan manusia (hablum min an-nas).
Simbol lain oleh seorang muslim adalah berpakaian raih dan sopan. Rosulullah bersabda:
Dari Ibnu Abbas R.A., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “pakailah pakaian berwarna putih. Karena pakaian putih adalah pakaian yang paling baik. Dan kafanilah orang yang meninggal dengan kain putih.”(H.R Abu Daud dan Tirmidzi).[21]

Hadits tersebut bukan saja menganjurkan untuk berpakaian putih saja, namun secara eksplisit Rasulullah menganjurkan untuk berpakaian rapih. Adab dan etika muslim dalam berpakaian harus menutup aurat, baik laki-laki maupun perempuan. Maka bukan saja memperbagus pakaian namun tidak menutup aurat, melainkan bagus (layak) dan rapih namun harus memenuhi syarat utamanya adalah menutupi aurat.
Masih banyak simbol dalam konteks budaya sekolah dalam ajaran Islam. Diatas adalah contoh bagaimana nilai-nilai islam sebagai simbol seorang muslim yang harus pertahankan dalam kehidupan sehari-hari. Pembiasaan muslim harus berdasarkan Al-Qur’an dan hadis, anjuran para ulama agar apa yang dilakukan senantiasa memiliki dasar filosofis agama yang kuat serta dapat mendatangkan pahala.
2.      Aku Anak Shalih (Ketakwaan)
Anak yang shalih adalah anak muslim yang selalu berupaya mentaati ajaran Islam. Tertanam pada siswa semangat untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.  Dalam terminologi Islam ini yang disebut takwa, dalam artian senantiasa seseorang untuk menjalankan segala apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi apa yang di larang Allah. Sebagaimana yang telah Allah perintahkan kepada manusia untuk senantiasa bertakwa dengan takwa yang sebenar-benarnya, tanpa ada kebohongan.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ ﴿١٠٢﴾
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (Ali Imran: 102)”

3.      Rosulullah Teladanku (Keteladanan yang baik)
Siswa memahami bahwa nabi Muhammad adalah Rosulullah dan suka cita meneladaninya. Meneladani Rosulullah akan membawanya kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Akhirnya siswa merindukan bertemu dengan Rosulullah pada hari akhir nanti. Rosulullah adalah suri tauladan yang baik,  sebagaimana firman Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an. Rasulullah SAW adalah sumber tauladan bagi manusia.
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ..... ﴿٢١﴾
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu” (Al Ahzab: 21)

4.      Menghormati Orang Tua dan Guru
Siswa memahami bahwa orang tua dan guru adalah Orang yang dengan ikhlas membimbingnya agar menjadi anak yang shalih. Karenanya siswa harus menghormati orang tua dan guru. Sebagaimana Allah berfirman:
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا..... ﴿٢٣﴾ 
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.”(Al-Israa’: 23)
Diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi rahimahullah, Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu mengatakan;

تَوَاضَعُوا لِمَنْ تَعَلَّمُونَ مِنْهُ
“Tawadhu’lah kalian terhadap orang yang mengajari kalian.”

5.      Teman Muslimku Adalah Saudaraku (Ukhuwah Islamiyah)
Tertanam dalam diri siswa semangat persauaraan Islam. Tercipta rasa menyayangi, saling menolong, saling menghargai dan menghormati antara sesama siswa karena sesungguhnya sesama muslim adalah bersaudara.
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ..... ﴿١٠٣﴾
Artinya:
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai,”... (Ali Imran: 103)

Rosulullah juga bersabda:
 عَنْ أَبِيْ حَمْزَةَ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ خَادِمِ رَسُوْلِ اللهِ عَنِ النَّبِيِّ قَالَ : لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ ِلأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ [مِنَ الْخَيْ )رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ(
Artinya:
“Dari Abu Hamzah, Anas bin Mâlik Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya segala apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri berupa kebaikan”. (HR al-Bukhâri dan Muslim).

6.      Giat Menuntut Ilmu
Siswa memiliki semangat dan keceriaan dalam sekolah. siswa menyadari bahwa menuntut ilmu adalah wajib dan pasti bermanfaat bagi masa depannya. Lebih dari itu seorang muslim haruslah menjadi manusia yang berguna bagi masyarakat. Rosulullah bersabda:
عْنْ اَنَسٍ اِبْنُ مَالِكٍ قَلَ قَالَ رَسُوْل الله صلى الله عليه وسلـم  طَلَبُ الْعِلْم فَرْيْضَةً عَلى كُلّ مُسْلِمٍ ووضِعً العِلْمِ عِنْدَ غَيْرُأهْلِهِ كَمُقِلِّدِ الْخَنَا زِيْرِ لْجَوْهَرَولَلؤْلُؤَ وَالذَّهَبَ
Artinya  :
"Dari Anas bin Malik ia berkata, Rasulullah saw, bersabda: Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim, memberikan ilmu kepada orang yang bukan ahlinya seperti orang yang mengalungi babi dengan permata, mutiara, atau emas" (HR. Ibnu Majah)

7.      Lillahi Ta’ala (Ikhlas)
Salah satu sifat dasar penting bagi seorang muslim adalah Ikhlas dalam menjalankan ajaran Islam. Sikap ikhlas semata-mata karena Allah membuat siswa bergembira hidup dalam aturan Islam. Rosulullah bersabda:
لاَ تَعَلَّمُوا الْعِلْمَ لِتُبَاهُوا بِهِ الْعُلَمَاءَ وَلاَ لِتُمَارُوا بِهِ السُّفَهَاءَ وَلاَ تَخَيَّرُوا بِهِ الْمَجَالِسَ فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَالنَّارُ النَّارُ

“Janganlah kalian mempelajari ilmu untuk menandingi para ulama, dan jangan untuk mendebat orang-orang bodoh, dan jangan bertujuan untuk bisa menguasai pertemuan dan majlis-majlis. Barangsiapa yang berbuat seperti itu, maka neraka baginya, neraka baginya.” (HR. Ibnu Hibban, Ibnu Majah dan Al Hakim)

8.      Kejujuran
Sifat yang juga harus dimiliki oleh siswa adalah kejujuran. Sering kali siswa pada usia para sekolah manampakkan kebohongan karena imajinasi atau takut dan malu terhadap kesalahan yang telah dilakukan. kejujuran harus ditanamkan sejak dini berbarengan dengan sikap terbuka dan berani termasuk berani mengakui kesalahan yang telah dilakukan, karena kejujuran adalah sikap yang amat mulia. Allah memerintahkan agar kita selalu bersama orang-orang yang benar, Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ ﴿١١٩﴾
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (At-Taubah: 119)

9.      Kemandirian
Siswa didorong memiliki sifat mandiri mulai dari hal yang kecil seperti makan dan memakai pakaian sendiri. Selama mampu melakukan sendiri maka siswa hendaknya dibimbing dan dimotivasi untuk dapat melakukannya.
“Bermain-mainlah dengan anakmu selama seminggu, didiklah ia selama seminggu, temanilah ia selama seminggu pula, setelah itu suruhlah ia mandiri”. (HR. Bukhari)[22]

10.  Kebersihan, Kerapihan dan Keindahan
Hal ini perlu ditanamkan kepada mereka sejak dini yaitu kesadaran untuk memelihara kebersihan, menjaga kerapihan, dan mengatur lingkungannya agar selalu Indah. Kebersihan, kerapihan dan keindahan membuat lingkungan nyaman dan sehat. Kebersihan sebagian daripada iman. Ada nilai-nilai religius dan nilai-nilai medis yang dapat di petik dari kebiasaan ini. Ucapan dan tingkah laku berasal dari hati yang bersih. Secara medis, badan dan pakaian yang bersih berdampak terhadap kesehatan otak. Hasilnya sama dengan tinjauan dari sudut pandang religius. 
إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ
“Sesungguhnya Allah Swt itu Maha-Indah dan menyekai keindahan” (HR. Muslim)
11.  Kedisiplinan
Salah satu kunci keberhasilan rosul dan para sahabat dalam membangun masyarakat Madinah adalah kedisiplinan Rosul. Rosul memberikan suri tauladan dengan contoh akhlak-akhlak mulia berupa menepati janji, jujur dan tepat waktu. Untuk itu siswa sejak awal dididik untuk memiliki sifat disiplin yang tinggi, tepat waktu dan selalu berpegang teguh pada akad yang dibuat. Kedisiplinan akan membawa siswa pada pekerjaan dan hasil yang optimal.
Islam mengajarkan bahwa menghargai waktu lebih utama sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah Al-Asr  103 ; ayat 1-3 yang artinya, “ Demi waktu, sesungguhnya, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.”

12.  Kreatif
Pada usia yang relatif sangat muda perkembangan kreasi dan imajinasi siswa masih dapat berkembang dengan pesat. Program pengajaran yang diberikan hendaknya mampu memacu perkembangan kreativitas mereka. Penghargaan adalah faktor yang baik untuk memacu semangat siswa untuk menelurkan ide-ide yang inovatif. Manusia telah diberikan fasilitas indera yang masing-masing memiliki fungsi untuk berkembang. Allah berfirman:
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُم مِّن بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ ﴿٧٨﴾
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (An-nahl : 78)

D.    Pendidikan Karakter

Secara konseptual, lazimnya, istilah karakter dipahami dalam dua kubu pengertian. Pengertian pertama bersifat deterministik, di sini karakter dipahamai sebagai kondisi rohaniah pada diri kita yang sudah teranugerahkan (given). Pengertian kedua, bersifat nun deterministik atau dinamis, karakter diartikan sebagai kekuatan untuk mengolah kondisi rohaniah yang bersifat given. Lalu seperti apakah orang yang memiliki karakter tangguh?
Ciri orang yang memiliki karakter tangguh, mereka tahu hal yang baik (knowing The good), menginginkan hal yang baik (desiring The good), dan melakukan hal yang baik (doing The Good). Karakter juga selalu tampak dalam kebiasaan (Habitus). Karena itu orang yang dikatan berkarakter baik manakala dalam kehidupan nyata memiliki tiga kebiasaan, yaitu: memikirkan hal yang baik (habis of Mid), menginginkan hal yang baik (habis of heart), dan melakukan hal yang baik (habits of Action).[23]
Yang dimaksud baik adalah, secara objektif kualitas-kualitas diakui dan dijunjung tinggi oleh agama-agama dan masyarakat beradab di segenap penjuru dunia. Sedangkan secara intrinsik baik, maksudnya kualitas-kualitas itu merupakan tuntutan dari hati nurani manusia beradab.[24]
Sejalan dengan itu budaya sekolah Islam dilihat dalam kacamata teori pendidikan karakter. Saptono telah merincikan beberapa macam karakter dalam pendidikan, yaitu: rasa hormat (respect) dan tanggung jawab (responsibility); kebijaksanaan (wisdom), keadilan (Justice), ketabahan (fortitude), pengendalian-diri (self Control), kasih (love), sikap positif (possitive attitude), kerja keras (hard work), integritas (integrity), penuh syukur (gratitude), dan kerendahan hati (humanity).[25]
Meskipun demikian karakter tidak hanya terbatas pada yang disebutkan tadi, misalnya dengan memasukkan kebaikan yang terkandung dalam Pancasila, seperti menghargai kebhinekaan, toleransi, koeksistensi damai, moderat, perikemanusiaan, keberadaban, kesetaraan, gotong royong, musyawarah, kebijaksanaan, adil, solidaritas sosial, dan kesederhanaan.
Nilai-nilai dan keyakinan tidak akan hadir dalam waktu singkat.[26] Mengingat pentingnya sistem nilai yang diinginkan maka langkah-langkah kegiatan yang jelas perlu disusun untuk membentuk budaya sekolah. Segenap warga sekolah perlu memiliki wawasan bahwa ada unsur kultur yang bersifat positif, negatif, netral. Dalam kaitannya dengan visi dan misi sekolah mengangkat persoalan mutu, moral, dan multikultural; sekolah harus mengenali aspek-aspek kultural yang cocok dan menguntungkan, aspek-aspek yang cenderung melemahkan dan merugikan, serta aspek-aspek lain yang cenderung netral dan tak terkait dengan visi dan misi sekolah.
Budaya sekolah sangat penting dalam pendidikan karena bertolak dari sebuah konsep organisasi yang baik dengan kepemimpinan yang baik, serta harus diikat dengan nilai-nilai yang diyakini bersama manajer dan bawahannya. Sedangkan Zamroni menjelaskan bahwa budaya sekolah itu bersifat dinamis, milik kolektif, hasil perjalanan sejarah sekolah dan produk dari interaksi berbagai kekuatan yang masuk kesekolah.[27]
Budaya sekolah merupakan sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan sehari-hari, dan simbol-simbol yang dipraktekan kepalas sekolah, pendidik/guru,  petugas tenaga kependidikan/administrasi, peserta didik atau masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah memiliki ciri khas karakter atau watak dan citra sekolah di masayarakat yang luas. Budaya sekolah harus memiliki misi yang jelas dalam menciptakan budaya sekolah yang menantang dan menyenangkan, adil dan kreatif, inovatif, terintegratif serta dedikatif terhadap pencapaian visi menghasilkan lulusan yang berkualitas  tinggi dalam perkembangan intelektualnya. Selain itu memiliki karakter jujur, takwa, kreatif, mampu menjadi teladan bekerja keras, toleran dan cakap dalam memimpin serta menjawab tantangan akan kebutuhan pengembangan sumberdaya manusia yang berperan dalam perkembangan IMTEK dan berlandaskan IMTAK.[28]
Pendidikan Karakter lebih jelasnya sebagaimana yang dirumuskan dalam Pendoman Pendidikan Pengembangan Budaya dan Karakter Bangsa yang di keluarkan oleh Kementerian Pendidikan tercantum dalam 18 karakter bangsa.[29] Yaitu:
Tabel II.1 18 Karakter Kebangsaan
Nilai
Deskripsi
1.      Religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama  yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain. 
2.      Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya  sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3.      Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4.      Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5.      Kerja Keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalammengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaikbaiknya.
6.      Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7.      Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalammenyelesaikan tugas-tugas.
8.      Demokratis

Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9.      Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10.  Semangat Kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11.  Cinta Tanah Air

Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik
bangsa.
12.  Menghargai Prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13.  Bersahabat/
Komuniktif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14.  Cinta Damai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15.  Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16.  Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17.  Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18.  Tanggung-jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Budaya sekolah dapat dibentuk melalui berbagai macam kegiatan dan pola pembiasaan. Melalui pembiasaan-pembiasaan yang baik, yang dilakukan secara rutin di lingkungan sekolah akan berdampak pada pembangunan karakter siswa. Pola pembiasaan dalam budaya sebagai sebuah nilai yang diakuinya bisa berbentuk pola perilaku. Ketika suatu praktek sudah biasa dilakukan, berkat pembiasaan ini akan menjadi habit bagi yang melakukannya. Kemudian pada waktunya akan menjadi tradisi yang sulit untuk ditinggalkan. Hal ini berlaku untuk semuanya meliputi nilai-nilai buruk maupun baik.[30]
Berikut adalah tabel kata kunci pendidikan karakter yang disebutkan dalam undang-undang juga disebutkan dalam buku pendidikan karakter dimana indikator tersebut memiliki landasan agama atau tidak.
Tabel II.2. Tabel Landasan Agama Budaya Sekolah Islam dan 18 Karakter Kebangsaan
Budaya Sekolah Islam
Landasan Agama
18 Karakter Kebangsaan
Ya
Tidak
1.      Aku Anak Muslim (Simbol Islam)
ü   

1.      Religius
2.      Aku Anak Shalih (Ketakwaan)
ü   

2.      Jujur
3.      Rosulullah Teladanku (Keteladanan yang baik)
ü   

3.      Toleransi
4.      Teman Muslimku Adalah Saudaraku (Ukhuwah Islamiyah)
ü   

4.      Disiplin
5.      Giat Menuntut Ilmu
ü   

5.      Kerja Keras
6.      Lillahi Ta’ala (Ikhlas)
ü   

6.      Kreatif
7.      Kejujuran
ü   

7.      Mandiri
8.      Kemandirian
ü   

8.      Demokratis
9.      Kebersihan, Kerapihan dan Keindahan
ü   

9.      Rasa Ingin Tahu
10.  Kedisiplinan
ü   

10.  Semangat Kebangsaan
11.  Kreatif
ü   

11.  Cinta Tanah Air

ü   

12.  Menghargai Prestasi

ü   

13.  Bersahabat/ Komuniktif

ü   

14.  Cinta Damai

ü   

15.  Gemar Membaca

ü   

16.  Peduli Lingkungan

ü   

17.  Peduli Sosial

ü   

18.  Tanggung-jawab

Berhubungan dengan budaya sekolah Ummul Quro merupakan lembaga pendidikan yang juga konsen terhadap pembentukan karakter yang dikemas dalam budaya sekolah. Diyakini bahwa dengan adanya budaya sekolah akan mendorong berakhlakul karimah. Guru dan segenap tenaga kependidikan melakukan serangkaian usaha melalui berbagai kegiatan yang terstruktur dan terukur untuk membentuk siswa agar menjadi generasi Islam yang dibanggakan.


BAB III

METODE PENELITIAN

A.    Jenis Penelitian

Pada penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kulitatif-deskriptif. Metode penelitian kulitatif adalah metode penelitian yang berlandasakan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat Induktif/kulitatif dan hasil penelitian ini lebih menekankan makna daripada jeneralisasi.[31] Sedangkan menurut nasution kulitatif berusaha untuk mendeskripsikan secara komperhensif, holistik integratif dan mendalami melalui kegiatan mengamati orang dalam lingkungan dan berinteraksi dengan mereka tentang dunia sekitarnya.[32]
Teknik deskriptif adalah pencarian fakta dengan intrepretasi yang tepat, mempelajarai masalah-masalah dalam masyarakat, serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, dan pandangan-pandangan serta proses yang sedang berlangsung dan pengaruhnya dari suatu fenomena.[33]

B.     Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Ummul Quro Bogor pada tanggal 10 November 2017 dari jam 06.00 – 15.00 WIB. Penelitian dilakukan selama sehari, dimulai dari proses observasi, studi dokumen, sampai wawancara.
Teknik  pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Menurut Sugiyono, teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. [34]

C.    Instrumen

Pada penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen utama. Hal ini sesuai dengan pendapat Nasution yang menyatakan bahwa dalam penelitian kulitatif, manusia adalah instrumen utama.[35] Alasanya yaitu segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, semuanya belum dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Oleh karena itu, yang menjadi intrumen adalah peneliti sendiri. 
Seperti yang telah disebutkan bahwa penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi, maka dalam pengumpulan data, peneliti sebagai instrumen utama dibantu pedoman observasi dan pedoman wawancara untuk memudahkan mendapatkan data yang sesuai dengan kebutuhan penelitian.

D.    Teknik Analisis Data

Penelitian kualitatif menggunakan teknik yang fleksibel dalam proses pengumpulan dan analisis data tergantung pada langkah-langkah terdahulu yang digunakan dan data yang telah diperoleh.[36] Secara umum langkah-langkahnya berupa perencanaan, memulai pengumpulan data, pengumpulan data dasar, pengumpulan data penutup dan melengkapi. Pada penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah model interaktif. 

E.     Subjek Penelitian

Penentuan subjek penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik purposive merupakan teknik pengambilan sumberdata dengan pertimbangan tertentu, misalnya orang tersebut dianggap tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek atau kondisi sosial yang diteliti. Subjek dalam penelitian ini adalah SMP IT Ummul Quro Bogor.

F.     Fokus Penelitian

Penelitian ini akan fokus melihat budaya sekolah dalam perspektif pendidikan karakter. Sebagaimana  yang telah dipaparkan dalam  kajian teori  hubungan antara budaya sekolah dalam pembentukan karakter siswa sangat erat, untuk itu  melihat bagaimana penerapan pendidikan karakter yang dikemas dalam budaya sekolah  di SMPIT Ummul Quro menjadi sangat penting.

BAB IV

GAMBARAN UMUM SMPIT UMMUL QURO

A.    Sejarah Ummul Quro Bogor

Bermula dari cita-cita luhur dua orang waqif, yaitu bapak H. Muh. Nawir (alm) dan bapak dr. H. Mursyidin(alm) yang mempunyai keinginan sama untuk membangun sebuah masjid maka untuk mewujudkan cita-cita tersebut, Ustadz Drs. H. Dja’far Aziz (waktu itu beliau sebagai pimpinan Panti Asuhan Darush-Sholihin) memfasilitasi dan menyampaikannya kepada Ustdz Ir. H. Suswono, MM(waktu itu sebagai Kepala Perguruan Sholahuddin Yayasan An-Nizariyyah Bogor). Ustdz Ir. H. Suswono, MM pun mengusulkan kepada kedua waqif tersebut untuk sekaligus membangun Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) bersamaan dengan pembangunan masjid. Usulan itupun disepakati, SDIT dibangun dengan menggunakan dana yang ada, sedangkan masjid dibangun dengan dana bantuan dari Robithoh ‘Alam Islami dan para muhsinin (donatur) lainnya.
Untuk mewujudkan kedua rencana tersebut, maka pada tanggal 13 Ramadhan 1416 H, bertepatan dengan tanggal 3 Februari 1996 didirikanlah sebuah yayasan dengan Akte Notaris Ny. Husna Darwis, SH. Nomor 8, tanggal 3 Pebruari 1996 dan berlokasi di KH. Sholeh iskandar No. 1 Parakan Jaya, Kemang Bogor yang diberi nama YAYASAN UMMUL QURO dengan pengesahan Depkumham RI No.C-149.HT.01.02.TH 2005. Adapun pendirinya adalah : KH. Sadeli Karim, Lc., H. Muh. Nawir (alm), dr. H. Mursyidin (alm), Drs. H. Dja’far Aziz dan Ir. H. Suswono, MM.
Berdasarkan ketentuan Undang-undang No. 16 tahun 2001 tentang Yayasan, maka dilakukan penyesuaian dengan ketentuan Undang-undang tersebut, sehingga organ Yayasan yang semula terdiri dari Badan Pendiri dan Badan Pengurus, berubah dengan organ yang terdiri dari Pembina, Pengawas dan Pengurus dengan Akte Notaris Ny. Hj. Sri Dewi, SH nomor 23 tanggal 23 September 2004.  Nama Yayasanpun berubah menjadi YAYASAN UMMUL QURO BOGOR.
Di atas tanah waqaf dari H.M. Nawir seluas 1.111 m2 dan dari dr. Mursidin seluas 1.130 m2 didirikanlah bangunan masjid berukuran 20m x 20m dengan dana bantuan dari Robithoh ‘Alam Islami. Diatas tanah ini juga dibangun sebuah gedung sekolah, 2 lantai 6 lokal dengan dana yang ada saat itu. Pada tahun 1997, Yayasan mendapat amanah untuk mengelola sejumlah siswa SDIT Sholahuddin yang diserahkan oleh Yayasan Annizariyah. Seiring dengan kepercayaan orang tua siswa yang turut memberikan waqafnya, sampai tahun 2012, berkembang pesat dengan luas tanah sekitar 13.386 m2 dan 7 unit bangunan yang ada diatasnya.
Kegiatan Yayasan sampai saat ini masih lebih dominan pada bidang Pendidikan,  sementara untuk kegiatan dakwah, sosial dan ekonomi masih pada taraf mula.  Pada perkembangannya, kegiatan pendidikan yang berawal dari 5 kelas SD (kelas 2 – 6 penyerahan dari SDIT Sholahuddin), pada tahun 1998 berdiri TKIT Ummul Quro, pada tahun 2002 berdiri SMPIT Ummul Quro, tahun 2005 lahir Ma’had Mu’alimil Qur’an (MMQ), yang kemudian berganti nama menjadi Diklat Guru Pengajar Al-Quran (DGPQ), untuk melahirkan para pengajar Al-Qur’an, bagi lembaga dan juga lembaga lain di luar Ummul Quro. Para mahasiswa berasal dari berbagai profesi dan latar belakang pendidikan, dari ibu rumah tangga sampai karyawan, mulai lulusan SMA sampai Strata 2, tahun 2011 berdiri SMAIT, sehingga jumlah siswa sampai tahun 2017 ini mencapai 1.728 siswa, yang terdiri dari Siswa TKIT sebanyak 139 siswa, siswa SDIT sebanyak 742 siswa, siswa SMPIT sebanyak 628 siswa, siswa SMAIT sebanyak 221 siswa.
Embrio menjadi lembaga pendidikan bertaraf internasional sudah mulai tumbuh. Ini ditandai dengan beberapa prestasi siswa yang diraih di tingkat Internasional baik dalam bidang matematika maupun dalam Karya Ilmiah Remaja. Juga implementasi Sistem Manajemen ISO menjadi langkah awal ke arah tersebut. Meraih visi menjadi lembaga yang berkualitas dan berpengaruh memerlukan upaya yang terus menerus dan terencana pada tahun-tahun mendatang.
Sebuah kemajuan yang dirasakan cukup baik ini, berasal dari kepercayaan orang tua dan kerja keras segenap elemen Yayasan.  Karenanya harus disyukuri dan ditindaklanjuti dengan pembenahan manajemen yang memadai. Selain sebagai sebuah tuntutan, juga dalam rangka menyongsong optimalisasi pengelolaan aktifitas bagian da’wah dan sosial.

B.     Profil Yayasan dan SMPIT Ummul Quro Bogor

Yayasan Ummul Quro Bogor adalah lembaga atau yayasan bergerak di bidang pendidikan berupa sekolah islam terpadu dari mulai taman kanak-kanak (TK) s.d SMA dan DGPQ ( Diklat Guru Pengajar Alquran)
            VISI :
Terbentuknya lembaga pendidikan, da’wah, sosial Islam bagi terwujudnya generasi qurani.
MISI :
a.       Membentuk lembaga pendidikan tingkat Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Sekolah Menengah Umum dan Perguruan Tinggi yang menerapkan Konsep Pendidikan Islam Terpadu.
b.      Membentuk Lembaga Da’wah dengan mengoptimalkan Masjid sebagai pusat kegiatan ke Islaman di berbagai sektor kehidupan.
c.       Membentuk Lembaga Sosial yang secara aktif memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Sedang dalam bidang Pendidikan sebagai inti kegiatan Yayasan, telah ditetapkan visi kebijakan mutu Sekolah Islam Terpadu Ummul Quro Bogor yakni : PELOPOR SEKOLAH ISLAM TERPADU BAGI TERBENTUKNYA GENERASI QUR ANI.
Kebijakan Mutu di atas mempunyai maksud dan tujuan sebagai berikut : Pelopor, adalah terdepan dalam kualitas SDM, pembelajaran, pelayanan. Sekolah Islam Terpadu, adalah sekolah yang melaksanakan proses pembelajaran yang mengintegrasikan kecerdasan akal, kekuatan dan ketrampilan jasmani, benar dalam beribadah dan kemuliaan akhlaq. Generasi Qur ani, adalah generasi yang memiliki aqidah yang lurus, ibadah yang benar, akhlaq yang kokoh, mandiri, cerdas, fisik yang kuat, bersemangat, teratur dan rapi, disiplin, berguna bagi sesama.
Secara ringkas, target pendidikan dari Sekolah Islam Terpadu Ummul Quro Bogor tertuang dalam motto : “MEMBENTUK GENERASI SHALIH CENDEKIA”.
Adapun Visi dan Misi SMPIT Ummul Quro Bogor adalah sebagai berikut:
Visi:
“Pelopor Sekolah Islam Terpadu Bagi Terbentuknya Generasi Qur’ani”
Misi:
a.       Menjadikan kultur sekolah yang yang menjunjung tinggi nilai-nilai Islam.
b.      Menumbuhkan kesadaran untuk mengaplikasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.
c.       Menguatkan proses pembinaan dalam menentukan pribadi muslim.
d.      Menumbuhkan semangat membaca dan menghafalkan Al-qur’an.
e.       Melakukan standarisasi penyelenggaraan sekolah    yang efektif dan efisien.
f.       Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga setiap unit dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
g.      Menumbuhkan semangat kungfu-lan secara intensif kepada seluruh siswa di sekolah.

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.    Pendidikan Karakter dalam Budaya SMPIT  Ummul Quro Bogor

Apa yang dimaksud dengan budaya? Dalam buku Budaya Sekolah SMPIT Ummul Quro, budaya sekolah diartikan  sebagai kebiasaan yang dilakukan disekolah, kemudian disepakati untuk menjadi kebiasaan. Budaya sekolah memiliki pengaruh yang besar dalam proses pendidikan, oleh karenanya Ummul Quro memandang bahwa budaya sekolah adalah nafas semua elemen atau unsur didalam sekolah, sebagai ciri, juga sekaligus bentuk keunggulan yang dapat dibandingkan dengan sekolah lain.
Dalam menegakkan budaya sekolah tentu ada pelanggaran. Pelanggaran tersebut memiliki konsekwensi logis. Budaya sekolah tidak dapat diartikan sebagai aturan-aturan disekolah semata meskipun didalamnya memuat aturan-aturan seperti pada umumnya.[37] Aturan lebih bersifat rigid dan bermakna memaksa, sedangkan budaya tata aturan yang memiliki makna kesadaran. Didalamnya juga ada hukuman bagi setiap pelanggaran, disini disebut sebagai konsekwensi logis. Istilah ‘konsekwensi logis’ memiliki perbedaan makna dan penerapannya jika dibandingkan dengan kata ‘hukuman’. Konsekwensi logis dimaksudkan untuk memberikan tugas khusus untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan kesalahan apa yang dibuatnya. Misal, siswa berkata kotor. Konsekwensinya siswa diminta menuliskan 50 kata baik dan melafalkannya, selain itu juga diminta menyebutkan sifat-sifat Allah dan mengulanginya. Hal ini dinilai memiliki korelasi antara berkata kotor dan menuliskan lalu melafalkan kata baik secara berulang, ketimbang meminta siswa push-up, lari dan lain sebagainya. Itulah sebabnya disebut dengan konsekwensi logis karena timbal balik dari kesalahan siswa berupa hukuman yang logis dan bermakna mendidik.

1.      Budaya Karakter : Ramah Tamah

Di sekolah SMP Ummul Quro sudah membiasakan budaya keramah tamahan. Karakter ramah merupakan ajaran Islam (Al-Baqarah: 83) dimana dalam ayat tersebut diperintahkan untuk berlaku santun kepada siapapun dan senantiasa menjaga lisan dengan tutur kata yang baik. Maka jelas ramah tammah adalah salah satu ciri dan karakter muslim yang baik.
Pendidikan karakter ramah tamah telah diupayakan oleh sekolah agar menjadi budaya sekolah. Salah satunya adanya  jargon 4S yaitu senyum, salam, sapa, dan santun yang merupakan upaya untuk mengkampanyekan budaya keramah tamahan. Namun demikian, budaya dalam sekolah harus disampaikan kepada siswa agar mereka paham, sebab budaya sekolah membutuh kesadaran oleh siswa, tentu tidak bisa hanya dengan ditulis tapi juga harus disampaikan secara verbal, tidak hanya sekali namun bisa berulang kali.
Prosesnya, pada awal masuk SMPIT Ummul Quro, terlebih dahulu para siswa akan disosialisasikan tentang Budaya Sekolah saat MPLS (Masa Pengenalan Lingkunagan Sekolah) atau yang biasa dikenal dengan Masa Orientasi Siswa (MOS).[38] Kegiatan ini akan berfokus memperkenalkan aturan dan budaya yang diterapkan disekolah. MPLS dilaksanakan 1 minggu sebelum siswa lain masuk sekolah dengan diinapkan di luar sekolah, seperti di villa agar lebih fokus terhadap pengenalan sekolah dan tidak terganggu dengan aktifitas lain. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat benar-benar memahami budaya apa saja yang harus mereka ikuti selama menempuh pendidikan disekolah, termasuk budaya keramah tamahan. Disana akan diajarkan bagaimana tersenyum, bagaimana saat bertemu guru atau orang lain, bagaimana bersikap sopan santun dan lain sebagainya.
Dalam MPLS pihak sekolah pada tahun sebelum-sebelumnya menggandeng pihak lain untuk memanej acara sekaligus terlibat dalam sosialisasi budaya sekolah. Namun tahun 2016 dan seterusnya pihak sekolah mandiri dan tidak melibatkan pihak luar. Di forum MPLS inilah siswa benar-benar di informasikan bagaimana menjalani kehidupan disekolah nantinya. Budaya yang baik tidak cukup hanya di pahami dan dilaksanakn oleh guru saja, namun juga siswa harus pula ikut campur didalamnya. Sebab pelaku utama dalam penerapan budaya lebih banyak adalah siswa. Semakin sering dilakukan dengan  kesadaran penuh dalam waktu yang lama dapat membentuk budaya sekolah yang diinginkan.
Adab bersikap dan berbicara juga diatur dalam buku budaya sekolah. Diantaranya yaitu siswa harus mendengarkan dengan baik saat guru berbicara. Siswa juga tidak boleh memotong pembicaraan atau berkomentar negatif dan mencemooh orang lain. Tujuan diaturnya adab dalam bersikap dan berbicara ini adalah agar siswa terbiasa bersikap dan berbicara sopan santun. Dalam berkomunikasi dengan sesama teman juga siswa dilarang melakukan bullying. Siswa yang kedapatan melanggar harus segera meminta maaf dan diberikan hukuman untuk menuliskan 50 kata baik. Konsekwensi tersebut dinilai cukup mendidik. Jika pelnggaran yang sama terulang siswa dikenakan sangsi untuk kultum dan meminta maaf dikelas.[39] Sangsi tersebut sampai saat ini dinilai sangat efektif dan cukup memberikan efek jera. Dalam proses menasehati juga guru ditekankan menggunakan hati sehingga dapat menyentuh hati mereka para siswa. [40]

2.      Budaya Karakter: Disiplin

Pada aspek budaya disiplin, sekolah sangat memperhatikan kedisiplinan, yang meliputi disiplin waktu, disiplin aturan disiplin berpakaian, disiplin ibadah, dan disiplin belajar.
Disiplin waktu, siswa harus datang sebelum jam 7.31. Bagi siswa yang terlambat harus melapor ke guru piket, menulis daftar keterlambatan siswa, kemudian menyampaikan alasan keterlambatan. Konsekwensinya adalah membaca Al-qur’an di depan pintu gerbang dan kultum di kelas tentang urgensi waktu. Konsekwensi yang diberikan harus bersifat mendidik, maka di Ummul Quro tidak ada sangsi yang bersifat kekerasan fisik. Membaca Al-qur’an kemudian kultum di kelas sudah sangat cukup membuat mereka yang terlambat malu kepada guru dan teman-temannya. Dengan demikian siswa akan disiplin terhadap waktu. Islam sangat memperhatikan bagaimana seseorang memperhatikan waktu (Al-Ashr : 3).
Kemudian untuk disiplin berpakaian, sekolah mengkampanyekan dengan membuat contoh pakaian rapih dan sopan melalui sebuah banner berukuran besar yang di letakkan disisi depan pintu masuk sekolah.[41] Selain itu, guru juga mengawasi terhadap penampilan siswa. Bagi siswa yang menggunakan kaos kaki pendek, maka akan digantikan dengan kaos kaki bola. Bila menggunakan celana pensil konsekwensinya siswa menaggalkan celana dan menggatinya dengan sarung sampai pulang sekolah. Dengan begitu siswa siswa merasa malu dan tidak akan mengulangi kesalahan yang kedua kali. Demikian juga dalam disiplin berpakaian, Islam juga mengajarkan untuk selalu menggunakan pakaian yang rapih, bersih dan Indah. “Allah itu indah, dan menyukai yang indah-indah.”(HR. Muslim)
Pada aspek ibadah ketika di masjid, kedisiplinan lebih sangat ditekankan. Misalnya saat wudhu dan shalat. Ketika wudhu siswa diwajibkan untuk menggunakan sendal dan mengantri dengan tertib, berbaris serta tidak boleh mendahului. Saat menuju masjid siswa tidak diperkenankan untuk ramai, siswa harus berjalan dengan tenang.
Selain itu shalat fardhu yang dilaksanakn di sekolah adalah Dhuhur dan Ashar, dimana seluruh siswa diwajibkan shalat berjamaah di masjid. Hal ini dapat dilihat dari aturan bagi siswa yang terlambat shalat berjamah (Masbuk). Bagi yang terlambat, akan mendapatkan sangsi, yaitu mendapatkan dua sangsi sekaligus. Sangsi pertama karena terlambat shalat berjamaah dan yang kedua sangsi tidak melaksanakan shalat sunah qabliyah. Sangsi yang diberikan bukan berupa hukuman fisik akan tetapi kegiatan yang sifatnya lebih mendidik, seperti tilawah dan ceramah. Dalam observasi hampir tidak ditemukan siswa yang terlambat, bahkan mereka sempat melaksanakan shalat qabliyah sebelum shalat. Tujuan daripada tertib ibadah saat dimasjid adalah agar siswa dapat berwudhu dan shalat dengan sungguh-sungguh dan sempurna.
Sekolah juga menekankan untuk selalu mentaati adab ketika di masjid. Misalnya siswa diminta untuk membiasakan diri berdoa ketika masuk masjid, membawa Al-Qur’an, membaca Al-Qur’an sebelum dan sesudah shalat, bersungguh-sungguh ketika berdoa, berjalan dengan tenang saat keluar pintu, senantiasa melaksanakan shalat Rawatib, serta senantiasa melaksanakan shalat tepat waktu. Tujuan dari pembiasaan adab di masjid adalah memuliakan masjid sebagai tempat yang suci dan hendaknya digunakan dengan amal-amal yang mulia.
”Masjid adalah tempat paling baik dan paling dicintai Allah Swt di muka bumi ini. Dari Abi Hurairah, Rasulullah Saw bersabda, ”Tempat paling dicintai Allah di negeri-negeri adalah masjid-masjid dan tempat yang paling dibenci oleh Allah di negeri-negeri adalah pasar-pasarnya” (HR. Muslim).

3.      Budaya Karakter : Cinta Lingkungan

Budaya cinta lingkungan yang diterapkan di sekolah salah satunya adalah mendaur ulang sampah-sampah yang masih bisa dijadikan produk. Meskipun bukan menjadi program unggulan namun program daur ulang sampah tetap berjalan dengan baik sebagai program mata pelajaran kerajianan tangan.
Budaya cinta lingkungan juga dapat dilihat dari terdapatnya tempat sampah yang telah disediakan disekolah. Siswa juga terlihat tidak membuang sampah sembarangan. Hal ini menunjukkan kesadaran siswa yang cinta akan lingkungan sekolahnya sendiri. Meskipun demikian pengawasan terhadap aktifitas pelanggaran membuang sampah terus dilakukan guru untuk menjaga keistiqomahan dalam menjalankan aturan dan disiplin sekolah.
Hidup bersih dan sehat merupakan anjuran dalam Islam. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Muddatsir ayat 4 “dan bersihkannlah pakaianmu”. Rosulullah juga bersabda “jauhilah hal-hal yang menyebabkakn timbulnya 3(tiga) laknat: membuang kotoran di sumber air bersih, dijalan raya dan ditempat berteduh (HR.Abu Daud)” hal ini memberikan gambaran bahwa Islam sangat menekankan perilaku hidup bersih dan sehat. Hidup bersih akan membuat seseorang juga tidak mudah sakit sehingga senantiasa dapat menjalankan ibadah kepada Allah dengan baik.
Sekolah sudah melakukan upaya untuk menciptakan budaya lingkungan sekolah yang sehat. Dimulai dari pengaturan jajanan yang bersih dan sehat, yaitu tata kelola makanan dikantin sekolah. Disana makanan dan minuman dijamin kesehatannya, dimana jaminan tersebut diberikan dengan ditempatkannya ahli gizi untuk memeriksa makanan. Barang kantin yang akan masuk terlebih dahulu diteliti dan dilihat kandungannya kemudian diseleksi, apakah layak masuk dikantin atau tidak. Meskipun demikian anak-anak juga masih tetap diperkenankan untuk membawa bekal dari rumah berupa makanan jadi atau uang jajan, dengan ketentuan tidak lebih dari Rp 25.000,-. Tujuan dari pengaturan jajan ini adalah agar siswa terbiasa dengan pola hidup sederhana.
Lingkungan sekolah sehat juga sangat ditunjang dengan pengaturan sampah. Disekolah telah disediakan tong sampah yang membedakan antara sampah organik dan sampah anorganik. Siswa secara aktif telah membuang sampah pada tempatnya sesuai jenis klasifikasinya. Para guru juga membuat program LAB yaitu ‘lihat, ambil, buang sampah’ insyaallah berkah.[42] LAB merupakan program kampanye yang dibuat oleh para guru untuk menyuarakan kepedulian terhadap sampah.
Dalam hal kerapihan, pemeriksaan secara berkala juga selalu rutin dilakukan oleh guru yaitu pada senin pagi. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan kuku, rambut dan pakaian. Kuku tidak boleh panjang, rambut rapih tidak boleh melewati alis, telinga dan kerah baju bagi laki-laki; tidak boleh berseragam celana pensil; tidak boleh menggunakan kaos kaki pendek dan lain-lain sebagaimana yang diatur dalam buku “Budaya Sekolah dan Konsekwensi Logis”[43].
Sedangkan budaya PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) yang sudah diterapkan adalah kegiatan cuci tangan dengan sabun sebelum makan. Siswa dibiasakan untuk selalu rajin cuci tangan sebelum dan setelah makan. Untuk makan siang siswa SMP Ummul Quro mengambil catering dari sekolah. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi jajan siswa diluar yang tidak sehat. Saat jam makan itulah siswa dibiasakan mencuci tangan dahulu, berdoa sebelum dan sesudah makan.

4.      Budaya Karakter: Gemar Membaca

Islam sangat menganjurkan manusia untuk senantiasa memperbanyak bacaan. Sebagaimana yang Allah firmankan dalam Al-Qur’an surat Al-Alaq dengan menyebutkan kata Iqra’ yang artinya bacalah. Sebab dengan membaca akan dapat menambah ilmu pengetahuan, dan dengan ilmu pengetahuan manusia akan ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT (QS. Al-Mujadalah : 11).
SMPIT Ummul Quro merupakan salah satu sekolah yang merintis Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di kabapaten Bogor. Anggota GLS terdiri dari 40 sekolah sekabupaten Bogor. Beberapa kali Jambore literasi se-Jawa Barat, SMPIT Ummul Quro mendapatkan penghargaan sebagai juara 1. Program ini merupakan program gubernur yang dimaksudkan untuk meningkatkan minat baca dilingkungan sekolah di Jawa Barat.
Untuk meningkatkan minat baca di SMPIT Ummul Quro sekolah membuat komunitas yang diberinama Kolase (Komunitas Literasi Sekolah). Didalamnya terdiri dari siswa-siswa yang aktif dalam kegiatan baca-membaca buku. Masing-masing siswa memiliki media untuk menunjukkan minat baca dan seberapa banyak membaca yaitu dengan ‘pohon baca’. Daun bertuliskan buku dan tema-tema bacaan yang sudah selesai dibaca. Semakin rimbun daun menunjukkan siswa tersebut semakin banyak membaca. Hal ini juga memotivasi siswa untuk terus semangat membaca untuk memperimbun daun.
Untuk menunjang kegiatan tersebut pula yayasan memiliki sebuah program yang disebut Pusling (Perpustakaan Keliling). Perpustakaan ini berisi sekitar 30-an buku yang keliling dari kelas-perkelas tiap pekan. Buku-buku tersebut dibaca saat istirahat. Antusiasme siswa sangat tinggi terhadap buku-buku bacaan. Minat baca siswa SMP Ummul Quro sudah sangat terbangun, hal ini juga sangat dipengaruhi oleh doktrin guru terhadap pentingnya membaca. Selain itu juga siswa diberikan media untuk menyalurkan bakat menulisnya melalui sebuah majalah yang dinamakan ‘Intelligent’. Majalah ini berisikan karya-karya siswa-siswi SMP Ummul Quro. Mereka yang memiliki tulisan dan dapat menembus tim redaktur untuk diterbitkan mereka akan diberikan hadiah atau kompensasi. Meskipun nilainya tidak besar, kisaran 20.000 ribuan namun membuat siswa-siswi senang dan termotivasi untuk terus menulis. 
Sedangkan budaya membaca Al-qur’an di Ummul Quro secara keseluruhan telah dibuatkan program mengaji pagi atau yang disebut (Pesantren Qur’an Siswa). Sebelum jam 7.00 pagi siswa sudah memenuhi masjid untuk membaca Al-qur’an. Tidak hanya membaca namun mereka juga mengulang kembali hafalan Al-Qur’an, karena di Pesantren Qur’an Siswa ini memiliki program tahfidz, yang juga menjadi program unggulan Ummul Quro.
Program tahfidz merupakan program peminatan siswa, namun jumlah peminat dalam program ini sangat besar. Untuk itu guru-guru Hafidz yang dipersiapkan untuk membimbing diprogram ini cukup banyak. Metode yang digunakan adalah metod Cahayaku, dimana metode ini merupakan metode ciri khas yang tidak ada ditempat lain. Metode ini merupakan hasil kreasi guru Al-qur’an dalam mengagas baca tulis Al-qur’an yang baik. Metode ini dapat dikatakan sebagai metode gabungan antara Qiraati dan Ummi, dimana keduanya saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Sebelum masuk dalam Pesantren Qur’an siswa Ini, terlebih dahulu siswa dites untuk penempatan. Nantinya siswa akan dikelompokkan berdasarkan jenjang kemampuan yang setara. Dengan demikian memudahkan guru dalam proses pengajaran. 
Program lain juga siswa diwajibkan membaca 5 halaman perhari, baik itu disekolah maupun dirumah. Siswa tidak boleh tertinggal walaupun hanya sehari tidak membaca Al-qur’an.

5.      Budaya Karakter: Religius

Dalam mengembagkan sikap religi indikator yang dapat dilihat adalah sholat duhur dan ashar secara berjamaah. Dalam prakteknya guru tetap melakukan pengawasan. Jumlah jamaah shalat ketika duhur dan ashar penuh di masjid dan tidak ada siswa yang shalat sendiri-sendiri (munfarid). Bahkan sebelum shalat siswa telah terbiasa melakukan shalat Qabliyah sebagai bagian dari shalat fardhu. Meskipun tetap diberlakukan adanya konsekwensi logis atau hukuman bagi siswa yang terlambat shalat (ma’mum masbuk) namun dapat dilihat hampir tidak ada siswa yang terlambat. Hal ini menunjukkan bahwa budaya shalat berjamaah telah terbentuk di sekolah Ummul Quro.
Untuk mengembangkan sikap religius seperti yang telah disebutkan diatas siswa dibiasakan untuk membaca Al-Qur’an sebelum dan sesudah shalat fardhu, shalat sunah Rawatib dan berdzikir. Siswa juga dibiasakan untuk melaksanakan shalat Dhuha, dengan target 5 kali per-pekan minimal 2 rakaat. Konsekwensi bagi siswa yang tidak melaksanakn shalat Dhuha siswa dilarang istirahat. Jika sekali meninggalkan 1 kali shalat dhuha maka diminta menambah rakaat. Tujuan diberlakukan ini adalah agar siswa senantiasa mencintai sunnah Rasul diantaranya shalat-shalat sunnah.
Selain itu siswa juga dibiasakan untuk melaksanakan Tilawah pagi/Murajaah. Waktunya adalah sebelum masuk sekolah, yaitu antara jam 06.15 WIB-07.00 WIB. Tujuan daripada kegiatan ini adalah agar membiasakan siswa memulai segala kegiatan dengan Tilawah dan Murajaah dan senantiasa mencintai Al-Qur’an.

6.      Budaya Karakter: Peduli Sosial

Sebagai makhluk sosial manusia diperintahkan untuk senantiasa melihat realita sosial minimal yang terjadi disekitarnya. Kita diperintahkan untuk membantu yang lemah (QS. An-Nisa: 36) dan saling tolong menolong dalam kebaikan (QS. Al-Maidah: 2). Kepedulian terhadap orang lain harus ditumbuhkan kepada peserta didik, untuk itu perlu riyadhah dan pembiasaan kepada mereka yang ditanamkan sejak sekolah.
Dalam hal lain, untuk menumbuhkan karakter Peduli Sosial sekolah  memiliki program bakti sosial berupa sumbangan. Sumbangan tersebut diberikan kepada orang yang membutuhkan. Program ini disebut dengan Gemarin (Gemar Berinfaq). Program yang dilaksanakan tiap Jum’at ini bertujuan untuk membiasakan anak agar sejak dini terbiasa dengan kegiatan Infaq dan shodaqoh, yaitu bagian dari sisi kehidupan yang tidak bisa dilepaskan dari pribadi tiap-tiap musilim. Sumbangan yang dikumpulkan sedikit demi sedikit akan dapat membantu orang lain, baik itu dalam jumlah besar atau kecil namun pasti memiliki nilai manfaat yang besar.

7.      Budaya Karakter: Ketauladanan

KeteladaSMP Ummul Quro sebagai sekolah yang memegang teguh tentang sikap ketauladanan. Untuk mengajarkan kepada siswa terlebih dahulu guru yang menjadi pelopor dalam segala hal. Misal saja dalam keramah tamahan yang di sebut 4S (senyum salam, sapa dan santun) guru terlebih dahulu istiqomah menjalankannya. dalam menyambut tamu, bertemu siswa, bertemu orang lain yang tidak dikenal dilingkungan sekolah saling menyapa. Sikap sosial dan keramah tamahan telah diajarkan dalam beriteraksi guru dilingkungan pendidikan.
Tentang disiplin, guru juga terlebih dahulu mempraktekkan bagaimana menghargai waktu dengan tidak pernah terlambat datang kesekolah. Bahkan untuk menampilkan bahwa guru datang lebih awal ada program yang disebut “sapa pagi’. Sapa pagi adalah kegiatan guru didepan pintu gerbang sekolah menyambut anak-anak yang datang.
Ketauladanan juga dicontohkan oleh guru dari sisi berpakaian. Pakaian yang sopan dan rapih sesuai dengan aturan tentunya yang menjadi patokan adalah guru sebagai suri tauladan. Bagaimana standar kerudung sopan dan rapih, baju, celana dan rok dan lain sebagainya telah terlebih dahulu dilakukan oleh para guru. 

B.     Matriks Hubungan Budaya Sekolah Islam dan Karakter Kebangsaan

Budaya sekolah Islam sekolah Islam Terpadu jika dipadu padankan dengan 18 Karakter Kebangsaan dalam konsep pendidikan karakter Kementerian Pendidikan memiliki kesamaan alur. Berikut ini adalah matriks hubungan antara keduanya serta indikator pendidikan karakter yang ditemukan di lapangan.
Tabel V.1: Matriks Hubungan Budaya Sekolah dan Karakter Kebangsaan serta Indikatornya.
Budaya Sekolah Islam
18 Karakter Kebangsaan
Indikator Yang ditemukan
§  Aku Anak Muslim (Simbol Islam)
§   
§  Berpakaian muslim, menutup aurat
§  Mengucapkan salam
§   
§  Aku Anak Shalih (Ketakwaan)
§  Religius
§  Jujur
§  Membiasakan membaca Al-Qur’an
§  Membiasakan shalat Dhuha
§  Membiasakan shalat berjamaah di Masjid tepat waktu
§   
§  Rosulullah Teladanku (Keteladanan yang baik)
§  Toleransi
§  Semangat Kebangsaan
§  Cinta Tanah Air
§  Cinta Damai
§  Merayakan hari-hari nasional diantaranya hari pahlawan nasional 10 November
§  Melaksanakan upacara bendera.
§  Menghormati Orang Tua dan Guru
§   
§  Bertutur kata sopan santun kepada guru
§  Menerapkan 4S
§  Teman Muslimku Adalah Saudaraku (Ukhuwah Islamiyah)
§  Peduli Lingkungan
§  Peduli Sosial
§  Bersahabat/ Komuniktif
§  Tidak membullying teman
§  Menghargai prestasi teman
§  Meminta maaf jika salah
§  Tidak mencemooh
§  Adanya program Gemarin (gemar berinfaq) untuk lingkungan sekitar
§  Giat Menuntut Ilmu
§  Rasa Ingin Tahu
§  Gemar Membaca
§  Adanya program GLS (gerakan Literasi Sekolah)
§  Adanya majalah hasil karya siswa.
§  Adanya program Perpustakaan Keliling.
§  Motivasi membaca dari siswa
§  Adanya penghargaan bagi penulis dimajalah.
§  Menghafalkan Al-Qur’an
§  Lillahi Ta’ala (Ikhlas)
§   
§   
§  Kejujuran
§  Demokratis
§  Menghargai Prestasi
§  Tanggung-jawab
§  Menerima dengan ikhlas hukuman dari guru jika bersalah
§  Mengakui kesalahan
§  Kemandirian
§   
§   
§  Kebersihan, Kerapihan dan Keindahan
§   
§  Lokasi bersih dan tidak ada yang membuang sampah sembarangan
§  Adanya aturan cara berpakaian yang rapih dan sopan.
§  Rambut, kuku yang harus rapih.
§  Adanya konsekwensi bagi pelanggaran busana
§  Pemilahan jenis sampah
§  Daur ulang sampah melalui kerajinan tangan.
§  Kedisiplinan
§  Disiplin
§  Disiplin waktu
§  Disiplin terhadap aturan yang ada.
§  Kreatif
§   
§   

BAB VI

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dapat disimpulkan, yang dimaksud dengan budaya sekolah Islami adalah kehidupan sekolah yang tumbuh dan berkembang dengan ciri-ciri khas, karakter, perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, simbol-simbol berdasarkan spirit dan nilai-nilai-nilai Islam, yang sengaja dibangun untuk menanamkan akhlak peserta didik. Nilai-nilai Islam adalah kata kunci dalam penerapan budaya sekolah Islami, dimana sebuah nilai memiliki kebenaran universal serta tidak bertentangan dengan nilai-nilai keislaman dan bahkan dianjurkan.
Budaya Karakter Sekolah di SMPIT Ummul Quro yang telah memenuhi unsur Budaya Sekolah Islam  adalah : (1) unsur simbol Islam (2) Ketakwaan (3) Meneladani Rosulullah (4) Mengajarkan tentang ukhuwah Islamiyah (5) Senantiasa giat menuntut ilmu (6) Kejujuran (7) Kemandirian (8) kebersihan, kerapihan dan keindahan (9) Kedisiplinan. Adapun aspek yang belum tercapai dalam indikator (1) Keikhlasan, (2) Kemandirian dan  (3) Kreatifitas.

B.     Saran

Dari hasil penelitian diatas ditemukan ada 3 unsur yang belum terkemas dalam pengembangan budaya sekolah Islam, yaitu keikhlasan, kemandirian, dan kreatifitas. Kami berharap agar kiranya pihak sekolah SMPIT Ummul Quro dapat melakukan perbaikan dalam mengemas budaya sekolah yang mengembangkan ketiga unsur tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : PT. Asdi Mahasatya
Aly, Hery Noer dan Mundzir S. 2003. Watak Pendidikan Islam. Jakarta: Friska Agung Insani.
Azizy A. Qodri. 2003. Pendidikan Agama Untuk Pengembangan Etika Sosial. Semarang: Etika Ilmu.
Bafadol, Ibrahim. 2009.Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara
Buku Budaya Sekolah dan Konsekwensio Logis adalah aturan-aturan yang dibuat oleh sekolah berikut sangsi-sangsinya.
Buku Budaya Sekolah dan Konsekwensio Logis SMPIT Ummul Quro
Departemen Pendidikan Nasional RI. 2003. Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Departemen Pendidikan. Cet-1.
Depdiknas. 2003. Undang-Undang RI No 20 tahun 2003. Jakarta: Depdiknas
Depdiknas. Undang-Undang RI No 20 tahun 2003. Jakarta: Depdiknas
Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Pedoman Pengembangan Kultur Sekolah. Penerbit : School Reform 01.
Kementerian Pendidikan Nasional dan Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, Pengembangan Pendidikan dan Budaya dan Karakter Bangsa, Jakarta: Kemendiknas, 2010. Di download dari http://gurupembaharu.com/home/wp-content/uploads/downloads/2011/11/Panduan-Penerapan-Pendidikan-Karakter-Bangsa.pdf
Margono, Slamet 1994.   Manajemen Mutu Terpadu dan Perguruan Tinggi Bermutu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mohammad. Oemar. 1979. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang,
Muhaimin. Dkk. 2011. Manajemen Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Muhammad Rasyid Ridha, As- Sayid. 1993. Tafsir Al-Manar. Jakarta: Pustaka Hidayah
Nana Syaodih. 2005. Landasan Proses Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Nata, Abudin. 2010. Manajemen Pendidikan : Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam Indonesia. Jakarta: Kencana.
Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia.
Nurwahid, Hidayat. 2006. Sekolah Islam Terpadu: Konsep dan Aplikasinya. Jakarta: Syamii Cipta Media.
Sanaky, Hujair. 2003. Paradigma Pendidikan Islam. Yogyakarta: Safia Insani Press.
Saptono. 2011. Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter. Jakarta: Penerbit Erlangga Group.
Sugiono. 2012. Metode Penelitian Kulantitatif, Kualitatid dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sunarto, Achmad. 1999. Riyadhus Shalihin, terj.Riyadhus shalihin oleh Al-Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf An-Nawawi. Jakarta:Pustaka Amani.  jilid 1
Supardi. 2015. Sekolah Efektif: Konsep Dasar dan Praktiknya.  Jakarta: Raja Grafinda Persada.
Wawancara denga Ust. Zulkarnain pada tanggal 10 November 2017 jam 13.00, di kantor guru.
Yusanto, M. Ismail dkk. 2011. Menggagas Pendidikan Islam. Bogor: Al Azhar Press
Zamroni. 2000. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Bigraf Publishing.




[1]Abudin Nata, Manajemen Pendidikan : Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam Indonesia, Jakarta: Kencana, 2010, Cet-4, Hlm. 207
[2] Hidayat Nurwahid, Sekolah Islam Terpadu: Konsep dan Aplikasinya, Jakarta: Syamii Cipta Media, 2006, Hlm. 1
[3][3] Departemen Pendidikan Nasional RI, Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta : Departemen Pendidikan, 2003, Cet-1, Hlm. 6
[4]Hujair Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam, Yogyakarta: Safia Insani Press, 2003, hlm. 133
[5]Ibrahim Bafadol, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara 2009, hlm. 13
[6] Depdiknas, Undang-Undang RI No 20 tahun 2003, Jakarta: Depdiknas
[7]Slamet Margono, Manajemen Mutu Terpadu dan Perguruan Tinggi Bermutu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994, hlm. 54  
[8]Hery Tarno Daryanto, Pengelolaan Budaya Dan Iklim Sekolah. Yogyakarta: Gava Media, 2015, hlm. 1
[9]Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, Jakarta : PT. Asdi Mahasatya, 2004. hlm. 56
[10] Deal dan Paterson dalam Supardi. Sekolah Efektif: Konsep Dasar dan Praktiknya,  Jakarta: Raja Grafinda Persada, 2015, hlm. 221
[11]Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Pengembangan Kultur Sekolah. Penerbit : School Reform 01, 2002, hlm. 14
[12] Oemar Mohammad, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1979, hlm. 490
[13] Ibid., hlm. 313
[14] Ibdi., hlm. 319
[15] Ibdi, hlm. 314
[16] Ibdi, hlm. 316
[17] Ibdi, hlm. 316
[18] Ibdi, hlm. 322
[19] Muhaimin. Dkk. Manajemen Pendidikan, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011, hlm. 48
[20] M. Ismail Yusanto,dkk, Menggagas Pendidikan Islam, Bogor: Al Azhar Press, 2011, hlm. 193-194
[21] Achmad Sunarto, Riyadhus Shalihin, terj.Riyadhus shalihin oleh Al-Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Jakarta:Pustaka Amani:1999, jilid 1, hlm. 705
[22] As- Sayid Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir Al-Manar, Jakarta: Pustaka Hidayah. 1993, hlm. 298

[23] Saptono, Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter, Jakarta: Penerbit Erlangga Group, 2011, hlm. 20
[24] Ibid., hlm. 20
[25] Ibid., hlm. 21-22
[26] Ibid., hlm.
[27] Zamroni, Paradigma Pendidikan Masa Depan, Yogyakarta: Bigraf Publishing, 2000, hlm. 152
[28] Hery Noer Aly dan Mundzir S, Watak Pendidikan Islam, Jakarta: Friska Agung Insani,  2003, hlm. 143
[29] Kementerian Pendidikan Nasional dan Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, Pengembangan Pendidikan dan Budaya dan Karakter Bangsa, Jakarta: Kemendiknas, 2010. Di download dari http://gurupembaharu.com/home/wp-content/uploads/downloads/2011/11/Panduan-Penerapan-Pendidikan-Karakter-Bangsa.pdf
[30] A. Qodri Azizy, Pendidikan Agama Untuk Pengembangan Etika Sosial, Semarang: Etika Ilmu, 2003, hlm. 142
[31]Sugiono, Metode Penelitian Kulantitatif, Kualitatid dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2012, hlm. 9
[32] Moh. Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 2003, hlm. 16.
[33]Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 2003), hlm. 16
[34] Sugiono, Metode Penelitian Kulantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta2012, hlm. 308
[35] Ibid.,,hlm. 306
[36]Nana Syaodih, Landasan Proses Psikologi Pendidikan, Bandung: Rosdakarya, 2005, hlm.  114
[37] Wawancara dengan Ustadz Zulkarnain pada tanggal 11 November 2017 di kantor guru.
[38] Wawancara dengan Ust. Zulkarnain pada tanggal 10 November 2017
[39] Buku Budaya Sekolah SMPIT Ummul Quro-Bogor
[40] Wawancara dengan Ust. Zulkarnain tanggal 10 November 2017
[41] Observasi di SMP IT Ummul Quro pada tanggal 10 November 2017
[42] Wawancara denga Ust. Zulkarnain pada tanggal 10 November 2017 jam 13.00, di kantor guru.
[43] Buku Budaya Sekolah dan Konsekwensio Logis adalah aturan-aturan yang dibuat oleh sekolah berikut sangsi-sangsinya.

0 Komentar: