• Siswa Papua

    Kami siswa Papua, hidup dalam keterbatasan, sekat antara kami dan mereka yang serba mapan di pulau Jawa teramat jauh berbeda. Biar demikian, asa tetaplah ada dalam jiwa,kami siswa Papua

  • Cendekiawan

    Menjadi seorang terpelajar bukanlah hal mudah, tidak berbicara saja me-langit, tapi juga harus berfikir membumi memecahkan permasalah yang ada saat ini

  • Dunia Entrepreneur

    Entrepreneur tidak hanya tentang bisnis, tapi ia lebih dari sekedar untung rugi, ia adalah inovasi yang tak ada henti

  • Religius

    Tujuan hidup manusia tidak lain adalah mengenal Allah (ma'rifatullah), beribadah kepada Allah (ta'budullah), dan bertakwa kepada Allah.

  • Potret Santri

    Pesantren adalah model lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Orang yang belajar didalamnya disebut santri.

TIPS MEMBANGUN KARIR

0 Komentar


Karir adalah hal yang sangat penting bagi manusia, termasuk kamu. Namun demikian, untuk mendapatkan karir yang moncer tentu tidak mudah. Kamupun pasti ingin memiliki karir yang mapan juga bukan? 




Jika hanya sekedar bekerja mungkin banyak sebagian dari kita bisa melakukannya. Namun memiliki pekerjaan yang tepat dengan posisi yang tinggi dengan bayaran yang mahal tidak semua orang bisa. Kamu harus punya nilai dimata orang lain sebagai orang yang layak mendapatkan pekerjaan dengan bayaran yang istimewa. Nah, untuk itu perlu ada tahapan yang penting kamu lakukan dalam mebangun karirmu. Simak penjelasannya berikut:

1. Bangun mimpi sedini mungkin

Bagi kamu yang belum memulai menetapkan tujuan maka sebaiknya menetapkannya sekarang. Tujuan besarmu dapat kamu artikan sebagai mimpimu yang ingin kamu capai. Jika kemarin banyak waktu yang terbuang untuk mengejar hal-hal yang tidak pasti maka sekarang cobalah untuk focus mengejar apa yang menjadi tujuanmu itu. 

Banyak orang menyesal ketika menyadari selepas kuliah baru mulai menetapkan tujuan. Dia kehilangan banyak waktu untuk mempersiapkan dirinya. Tentu akan lebih baik jika kamu sudah mempunyai tujuan yang jelas sebelum masuk kuliah. Dengan tujuan tersebutlah kamu bisa membuat urutan dan Langkah-langkah agar tujuan besarmu bisa tercapai dalam beberapa rentang waktu.

2. Mulailah menekuninya sekarang

Jika kamu sudah memiliki satu keahlian tertentu saat ini maka perlu kamu syukuri. Apalagi bidang itu adalah bidang yang menjadi passion mu selama ini. Tentu itu sangat menyenangkan bukan? Kamu mengerjakan hal yang kamu sukai dan itu dibayar.

Namun bagi kamu yang sampai saat ini belum menemukan skill tertentu tidak perlu bersedih. Segera ambil keputusan bidang apa yang ingin kamu kuasai. Jika sudah menentukan jangan lupa tetapkan target menguasai bidang itu dalam jangka bulan atau tahun. 

Jika sudah menguasai satu bidang, mumpung masih muda pula, maka tidak ada salahnya untuk menambah pada bidang keahlian yang lain. Kita tidak akan pernah tau skill mana yang akan menjadi Jalan hidupmu nanti. So, pilihlah dan tekunilah sekarang. 

3. Bangun portfolio 


Setelah menekuni bidang keahlian tertentu, dalam jangka waktu yang lama tentu itu akan mengupgrade skillmu. Jangan lupa abadikan pengalaman mu dari waktu kewaktu agar menjadi protofolio yang menarik tentang dirimu. Portfolio itulah yang akan menggambarkan dirimu berserta profil keahlianmu yang kamu miliki.

Untuk mencapai pada kategori “ahli” dalam bidang tertentu tidak cukup setahun atau dua tahun, bahkan mungkin butuh beberapa tahun. Namun jangan kaget katika kamu sudah menjadi seorang ahli, secara otomatis membuatmu memiliki value yang juga meningkat.
 
4. Mengevaluasi diri

Evaluasi merupakan hal yang penting yang  perlu kamu lakukan setelah melewati proses pembentukan diri yang Panjang. Kamu bisa mengevaluasi sejauh mana dirimu telah mencapai apa yang kamu targetkan sendiri. Jika menurutmu masih ada yang kurang maka cobalah untuk segera memperbaiki.

Dalam membuat evaluasi diri carilah waktu yang terbaik seperti misalnya dipagi hari yang buta dimana kamu merasa masih sangat fresh. Waktu-waktu seperti ini gunakan untuk bermeditasi sejenak dan mulailah lakukan evaluasi pada dirimu sendiri. Catat hal-hal penting agar kamu tidak lupa. 

5. Mengembangkan jaringan

Sebagai makhluk social tentu kita membutuhkan orang lain dalam banyak hal, termasuk dalam membangun karir. Semakin banyak orang yang kamu kenal, dimana orang-orang itu mengenalmu dengan sangat dalam maka itulah yang akan membuka pintu rizkimu. 

Bisa saja kamu akan ditawari berbagai macam peluang yang menarik. Kita tidak pernah tahu bahwa siapapun bisa memberikan kita informasi penting, maka yang perlu kamu lakukan adalah berbuat baik kepada semua orang. Percayalah suatu saat nanti mereka akan melakukan perbuatan baik yang sama seperti yang kamu lakukan. 

6. Membangun reputasi

Reputasi dapat dikatakan sebagai citra diri. Kamu tidak akan mendapatkan kepercayaan orang berikutnya jika orang pertama yang memberikanmu kepercayaan mengenalimu sebagai citra diri yang buruk. 

Bekerjasamalah dengan orang lain, tampilkan bahwa kamu adalah orang yang bertanggung jawab sebagaimana yang mereka harapkan. Ini akan membantu memancarkan personal brandingmu yang kuat. Secara perlahan kepercayaan orang lain terhadap dirimu semakin lama semakin baik, dan kamu akan mudah memiliki relasi yang kuat karena kepribadianmu memang menarik.


Read More »

JUKNIS BO-PRA DAN BOS MADRASAH 2021

0 Komentar

Read More »

Sorot Mata Tajam Itu Dari Jawa

0 Komentar

 


Subuh yang cerah. Ranting-ranting pohon yang berjajar dipinggiran jalan tampak merunduk seperti orang yang sedang tidur lelap. Embun pagi terlihat jelas masih menempel di permukaan kaca jendela balkon. Sementara matahari belum terlihat jelas sinarnya. Didalam kubus-kubus yang bertebaran seantero kota Kenitra sudah pasti penghuninya masih mendengkur. Begitulah Maroko kala musim dingin.

Mahasiswa Indonesia pada musim seperti ini yang memang hobinya tukang tidur seolah terdukung keadaan. Ia bisa menghabiskan waktu seharian untuk tidur hingga waktu mulai beranjak siang. Rasa malas bisa berkali-kali lipat. Bagaimana tidak, menyentuh air kamar mandi 2 derajat Celsius membuat tangan dan persendiannya seperti kaku membeku. Jangankan air, menginjak ubin saja ogah-ogahan saking dinginnya. Itulah sebabnya yang punya hobi tidur bisa tidur seharian.

Namun bagi mahasiswa yang teguh prinsipnya, sejak dari rumah berangkat kenegeri orang untuk tujuan belajar, akan tetap konsekwen. Bangun lebih awal, sholat tahajud, membaca kita-kitab dan menelaahnya. Membuat rangkuman-rangkuman dibuku catatan agar mudah dicerna dan dimengerti. Membuat bagan-bagan pemikiran ulama-ulama dan menelaahnya satu-satu. Menghadiri banyak majlis ilmu. Mahasiswa yang demikian ini tidak banyak jumlahnya. Mahasiswa yang benar-benar niat lillahi taala untuk tafaqquh fiddin. Sedang sebagian besar yang lain memilih hanya menghabiskan waktu berlama-lama di negeri orang tanpa hasil apa-apa.

Bertemu Dr. Oumaima

Pagi ini aku ada jadwal bertemu Dr. Oumaima di kampus. Beliau adalah dosen matakuliah Naqd Balaghah. Ia adalah seorang sastrawan dan penyair kerajaan Maroko. Tentu ini adalah suatu keistimewaan tersendiri, menjadi seorang penyair adalah satu keahlian yang amat membanggakan, apalagi bisa menjadi penyair kerajaan. Dan hari ini aku berkesempatan bertemu lebih privat dengan beliau. Minggu lalu aku dipanggil secara pribadi oleh beliau. Saat itu aku memang banyak bertanya dan sesekali mengomentari dunia syair. Aku tidak tau mengapa beliau memanggilku hari ini. Yang aku takutkan adalah beliau merasa tidak dihormati saat menyampaikan materinya dikelas. Mungkin karena aku tampak lebih vocal daripada kebanyakan mahasiswa Maroko asli. Namun sesungguhnya dalam hati kecil tidak ada niatan untuk tidak hormat dengan dosen sehebat beliau. Aku mencoba bertanya dan berkomentar hanya untuk melepaskan pertanyaan yang membulat dikepala ku. 

Jam menunjukkan pukul 07.30. suasana kota Kenitra masih sepi. Kabut-kabut embun masih menyelimuti udara. Kendaraan baru satu atau dua yang keluar kandang. Semnetara para pemilik cafĂ© atau mat’am sudah siap dengan menu andalannya. Biasanya mahasiswa sebelum berangkat ke kampus sambil menuju ke halte bus mereka mampir sebentar ke warung-warung yang menjajakkan makanan khas pagi. Aku biasanya cukup memesan satu roti yang di celup sedikit ke minyak zaitun. Tambahannya adalah susu murni yang hangat. 

Pagi ini aku menunda jadwal sarapan. Pertemuan dengan Dr. Oumaima lebih penting daripada sekedar aktifitas mengisi perut. Jangan sampai terlambat, sebab jika terlambat itu sama saja aku mencoreng wajah mahasiswa Indonesia yang selama ini dikenal dengan keramahannya di Maroko. Masa mahasiswa ramah tapi kalau berjanji bertemu selalu terlambat. Justru seharusnya aku yang datang lebih dulu daripada beliau. Aku yang butuh beliau. Apalagi bertemu seorang penyair hebat secara pribadi itu tidak mudah. Kesempatan ini harus aku manfaatkan sebaik-baiknya untuk mengenal lebih jauh dengan beliau. 

Aku berjalan menyusuri pinggiran jalan menuju halte bus. Agak mempercepat langkah. Masih dingin sekali. Shal yang aku lilitkan dileher nampaknya tidak ada fungsinya sama sekali. Kupluk yang aku pakai pun untuk menutupi telinga juga seperti tidak begitu menolong dari dinginnya musim negeri Maroko. Sambil tergopoh-gopoh ku percepat langkah kaki. Dari kejauhan sudah terlihat bus yang biasa menjemput mahasiswa Universitas Ibn Thufail menuju halte. Aku percepat langkah kaki. Sambil ngos-ngosan langsung masuk bus. Udara dingin yang terhirup membuat isi kepala seakan ikut membeku. Di dalam bus mahasiswa Maroko baru sedikit. 

Sesampainya di kampus, langsung aku menghampiri ruangan Dr. Oumaima. Jam pukul 08.03. Terlabat 3 detik. 
“Assalamualaikum” tok..tok. Aku mengetok pintunya.
“Waalaikumussalam.” Jawabnya. Terdengar suara kaki seperti berjalan kearah pintu. 
Ckrekk…. Suara pintu di buka. 

Tampak sosok yang amat kharismatik Dr. Oumaima tepat dihapanku. Spontan sebagaimana kebanyakan mahasiswa Indonesia lain bersalaman dan mencium tangannya, seperti mencium tangan kiyainya. Hampir semua dosen di kampus yang mengenal mahasiswa Indonesia mengenal kami dengan keramahan kepada para guru. Dimana hal demikian tidak banyak dilakukan oleh mahasiswa asli.

Beliau menyambutnya dengan cupika-cupiki sebagaimana tradisi berjabat tangan diseluruh dunia. Di Maroko cupika-cupiki tambahan selain jabat tangan. Sambil berkata lirih “kaif, labas?? Labas?” sapaan orang maroko jika bertemu untuk menanyakan kabar lawan bicaranya. Aku jawab normative saja. Jujur aku masih gugup bertemu sedekat ini dengan beliau. Tak menyangka. Beliau mempersilahkan masuk, sambil menggandeng tangan ku.

Dari kejauhan nampaknya telah ada seorang mahasiswi berbaju serba hitam, berhijab dan bercadar duduk didepan meja Dr. Oumaima. Ia terlihat sudah selesai urusan dengan beliau dan hendak meninggalkan kursinya. Aku berjalan perlahan menuju depan meja Dr. Oumaima sambil melihat kearah wanita itu yang sedang membawa satu jilid kertas dan 2 kitab yang dipeluknya. 
Dengan suara lirihnya aku mendengar wanita itu berpamitan dengan Dr. Oumaima. Mataku belum lepas dari sosok wanita itu. Tiba-tiba sepasang mata agak kebiru-biruan menatapku. Pandangan kami bertemu. Tidak lama. Hanya 2 detik. Matanya indah sekali. Seperti liontin yang sempat aku lihat di pertokoan di Kota Rabath. Sorot matanya tajam. Bulu mata nya lentik. Dan kulit disekitar mata putih bersih. Aku pun langsung menunduk, tak elok rasanya jika bertatapan dengan wanita yang bukan mahrom. Ia pun begitu, sambil meninggalkan ruangan.

Dalam benakku bertanya-tanya siapakah wanita itu tadi. Tentu tidak ada salahnya jika aku menanyakan nya pada Dr. Oumaima.

“Ia adalah mahasiswa muda yang kuliah S3 disini. Dari Indonesia juga, keturunan jawa blasteran perancis, dan saat ini tengah menyelesaikan Disertasinya. Dia termasuk mahasiswa yang berprestasi dan sering bergaul dengan dosen, juga sering mengikuti kegiatan kemahasiswaan, sebagai pembimbing mahasiswa Maroko yang masih S1 ” cerita singkat Dr. Oumaima.

Beliau memanggilnya yaitu untuk keperluan bimbingan Disertasi yang sudah hampir selesai. 

“Mata biru dengan sorotan tajam tadi ternyata orang jawa-perancis. Aktif di organisasi kampus, juga punya prestasi akademik dan dikenal supel dengan dosen-dosen. Sudah S3 pula. Hemm… Menarik. Sedangkan aku baru S1 yang baru mau skripsi.” Gumamku dalam hati. 

Read More »

Kitab Ihya' Ulumudin

0 Komentar





Kitab Ihya' Ulumudin

Kitab Ihyak Ulumudin (menghidupkan ilmu agama) merupakan salah satu kitab yang fenomenal, dikalangan ulama dan para cendekiawan. Karangan Imam Al-Ghazali ini disebut sangat popular karena pembahasan kitab ini yang mendamaikan permasalahan antara tasawuf dan fiqih, menyeimbangkan antara keduanya.


Kitab ini lahir seolah menggambarkan pengamalan terhadap ilmu, baik pengmalan itu bersifat dzohir (fiqih) ataupun bathin (tazkiyatu an-nafs). Dimana saat itu terdapat kesenjangan antara keduanya, kitab inilah yang menjembatani aspek syariat lahir, dan aspek esoteris (tasawuf) dalam Islam. Sehingga kitab ini menjadi rujukan penting dalam bidang ilmu tasawuf.


Profil singkat pengarang


Imam al-Ghazali adalah ulama yang amat terkenal, Ia adalah seorang filsuf dan teolog muslim Persia, tidak hanya dikalangan dunia Islam, bahkan dunia baratpun mengenalnya dengan sebutan Alghazel. Imam al-Ghazali memiliki nama lengkap Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'I, ia dilahirkan lahir di Thus; 1058 / 450 H dan meninggal di Thus; 1111 / 14 Jumadil Akhir 505 H pada umur 52–53 tahun.


Imam al-Ghazali merupakan orang yang sangat mencintai ilmu pengetahuan. Saking cintanya dengan ilmu ia merelakan masa mudanya untuk digunakan mencari ilmu dan melepaskan hal-hal yang tidak berfaedah seperti hidup bermewah-mewah. Ia bermusafir selama 10 tahun, mengelilingi kota-kota suci seperti Makkah, Madinah, Yerusalem, Mesir, hanya untuk mendapatkan ilmu.


Ia dikenal sebagai sosok yang cerdas karena memiliki daya ingat yang sangat kuat, yang membuat ia menguasai banyak fan ilmu, tak heran ia disebut Hujjatul Islam. Sumbangsihnya tidak hanya pada dunia Islam tetapi untuk ilmu pengetahuan filsafat modern umum melalui konsep mistisisme dan okasionalisme.


Pembahasan pada 4 bab


Di dalam Ihya ‘Ulumuddin, Imam Al-Ghazali membagi pembahasan dalam empat bagian besar, atau rubu’, yang masing-masing terdapat 10 kitab didalamnya. Keempat rubu’ itu adalah:

  • Rubu’ Ibadah, terdiri atas: (01) Kitab Ilmu, (02) Kitab Akidah, (03) Kitab Taharah, (04) Kitab Ibadah, (05) Kitab Zakat, (06) Kitab Puasa, (07) Kitab Haji, (08) Kitab Tilawah Quran, (09) Kitab Zikir dan Doa, dan (10) Kitab Tartib Wirid.
  • Rubu’ Adat Kebiasaan, terdiri atas: (11) Kitab Adab Makan, (12) Kitab Adab Pernikahan, (13) Kitab Hukum Berusaha, (14) Kitab Halal dan Haram, (15) Kitab Adab Berteman dan Bergaul, (16) Kitab ‘Uzlah, (17) Kitab Bermusafir, (18) Kitab Mendengar dan Merasa, (19) Kitab Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar, dan (20) Kitab Akhlaq.
  • Al-Muhlikat (Perbuatan yang Membinasakan), terdiri atas: (21) Kitab Keajaiban Hati, (22) Kitab Bahaya Nafsu, (23) Kitab Bahaya Syahwat, (24) Kitab Bahaya Lidah, (25) Kitab Bahaya Marah, Dendam, dan Dengki, (26) Kitab Bahaya Dunia, (27) Kitab Bahaya Harta dan Kikir, (28) Kitab Bahaya Pangkat dan Riya, (29) Kitab Bahaya Takabbur dan ‘Ujub, dan (30) Kitab Bahaya Terpedaya.  
  • Rubu’ Al-Munjiyat (Perbuatan yang Menyelamatkan), terdiri atas: (31) Kitab Taubat, (32) Kitab Sabar dan Syukur, (33) Kitab Takut dan Berharap, (34) Kitab Fakir dan Zuhud, (35) Kitab Tauhid dan Tawakal, (36) Kitab Cinta, Rindu, Senang, dan Ridha, (37) Kitab Niat, Jujur, dan Ikhlas, (38) Kitab Muraqabah dan Muhasabah, (39) Kitab Tafakur, dan (40) Kitab Mengingat Mati.



Read More »

Pemilu dan Terobosan Teknologi

0 Komentar


Pemilu dan Terobosan Teknologi



Pemilu 2019 usai, namun menyisakan perih bagi sanak keluarga  yang ditinggal pergi ratusan petugas pemilu untuk selamanya demi menjalankan tugas demokrasi. Akibat kelelahan mereka menghembuskan nafas terakhirnya. Semahal itukah demokrasi sampai harus melepaskan nyawa manusia?? Seharusnya teknologi dapat hadir memecahkan persoalan.


Sudah barang tentu Pemilu sangat penting, menjadi salah satu instumen demokrasi dalam menentukan siapa pemimpin bangsa. Namun ada hal yang menarik dari pemilu 2019 ini, kali ini pemilu di selenggarakan secara serentak, yaitu Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, DPD, DPR RI, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten. Bukan tanpa sebab, Pemilu seperti ini pertama kali diselenggarakan di Dunia dan khususnya di Indonesia. Jika tingkat partisipasi masyarakat mencapai 77,5% lebih maka pemilu dianggap sukses.


Sebagaimana yang diharapkan, pemilu mencapai kesuksesan karena telah melampaui terget lebih dari 77,5%. Pujian dan sanjungan dari negara lain memberikan selamat kepada Indonesia yang telah sukses menyelenggarakan pemilihan umum. Namun demikian, pada akhir nya pemilu ini menyisakan pedih. Banyak petugas yang meninggal yakni mencapai 300 lebih jiwa, dan dua ribuan orang dirawat di rumah sakit akibat kelelahan. Hal ini bukan tanpa sebab, beban kerja yang terlampau berat saat 17 April lalu, hingga 2 x 24 jam nonstop, belum lagi rekapitulasi dikecamatan yang berlangsung hingga berhari-hari disinyalir menjadi penyebab korban berjatuhan.


Sejak jauh-jauh hari sebenarnya KPU sebagai lembaga yang memiliki otoritas terhadap penyelenggaraan pemilu sudah dapat menghitung kemungkinan-kemungkinan teknis yang terjadi, termasuk soal penghitungan suara. Penghitungan suara yang begitu lama, belum lagi masalah salah penghitungan C1, juga waktu rekapitulasi di kecamatan dan lain-lain seharusnya telah direncanakan secara matang dan terencana. Sehingga persoalan teknis yang begitu rumit tidak sampai menelan korban hingga ribuan jiwa. Jika demikian, pemilu sejenis tidak akan digunakan lagi pada pemilu berikutnya. Artinya harus di evaluasi dan dikaji secara lebih mendalam. Alih-alih mengurangi biaya pemilu, justru pemilu mengurangi nyawa petugas pemilu.


Terobosan Teknologi


KPU seharusnya dapat memanfaatkan tekonologi terbaru dalam penyelenggaraan pemilu kali ini. Era 4.0 ditandai dengan mulainya digitalisasi informasi, menyentuh berbagai macam persoalan, bisnis sampai persoalan jaringan social dan pemerintahan dapat diselesaikan dengan kehadiran era digital ini. Pertanyaannya, KPU mau atau tidak?


Anggaran pemilu 2019 mencapai 25,59 Triliun Rupiah. Angka ini tentu bukan angka yang sedikit, namun dengan mekanisme yang serba hamburadul ini seakan mencoreng demokrasi yang tidak berimbang dengan biaya yang telah dikeluarkan negara. Seharusnya penggunaan anggaran itu dapat dimanfaatkan se-efektif dan se-efisien mungkin.


Dalam dunia birokrasi sejak 2013 digagas system elektronik untuk mendukung kinerja birokrasi DKI Jakarta, yang sebelumnya telah dirintis oleh Pemkot Surabaya yaitu e-budgeting. System elektronik seperti ini adalah terbosan yang tidak lain untuk mempermudah pekerjaan manusia, dari manual menjadi elektronik. Sebagai system, tentu tingkat kesalahan juga amat kecil. Dalam kancah nasional system ini pula mulai diberlakukan, dalam pengurusan pajak, perijinan-perijinan, undang-undang, pengelolaan APBD dan APBN. Artinya kehadiran teknologi membantu pekerjaan manusia.


Serangkaian masalah seperti: (1) Update DPT yang butuh Pencocokan dan Penelitian berkali-kali juga tidak kunjung selesai, dan masih saja ada masalah. Masih saja ada pemilih yang belum terdaftar dalam DPT, atau yang seharusnya tidak ada justru ada; (2) kurangnya surat suara, resiko rusak, kemungkinan sudah tercoblos sebelum waktunya, dan peluang kecurangan lain; (3) sulit dan lamanya penghitungan suara sehingga mengakibatkan petugas kelelahan. (4) Mahalnya biaya penyelenggaraan pemilu, dan lain sebagainya. Serangkaian masalah-masalah tadi dapat diselesaikan dengan terobosan teknologi digital.


Ketersediaan programmer dari praktisi, ahli IT dalam tim-tim riset IT, sokongan dana yang besar merupakan dukungan untuk dapat terwujudnya teknologi pemilu. Bisa saja dibuatkan semacam layar monitor besar, dengan system computer yang canggih, DPT dapat diverifikasi melalui sidik jari yang terdapat di e-KTP. Alat ini nantinya disebar diseluruh 813.000 TPS di Indonesia dengan system pemrograman yang disamakan. Alat ini juga dapat digunakan secara ofline dan online. Jaringan ofline ketika saat pemilihan berlangsung, dan online saat pengiriman data hasil pemilihan ke tingkat nasional. Selain itu, C1 sebagai bukti fisik dapat di print sesaat usai penghitungan elektronik di tiap-tiap TPS, dan ditandatangani oleh semua petugas yang berwenang. C1 yang telah ditandatangani dapat discan dan dikirim manual untuk KPU pusat atau diperbanyak untuk saksi dan pengawas pemilu.

Tentu teknologi seperti ini juga akan menelan biaya yang tidak sedikit, dari mulai pengadaan alat, dan pemrograman system. namun jika dibandingkan dengan kerja manual hal ini tentu sangat membantu sehingga mungkin dapat mengurangi biaya petugas TPS di lapangan.


Beberapa keuntungan yang didapatkan dengan adanya system teknologi ini adalah:

  • Lebih hemat biaya, sebab pekerjaan petugas semakin mudah tentu akan dapat mengurangi jumlah SDM yang terlibat serta beban kerja petugas pemilu. Selain itu juga tidak perlu lagi mencetak surat suara yang biayanya juga tidak sedikit.
  • Mengurangi resiko dan paluang manipulasi data. System yang terferivikasi melalui sidik jari sebagaimana sudah teridentifikasi melalui e-KTP dengan sangat mudah masuk dan menggunakan hak pilihnya. Sehingga tidak ada suara hantu dalam pemilihan.

  • Mempercepat proses penghitungan. Sebab sesaat setelah usai pemilihan, semua hasil sudah terekap dengan baik yang hampir tidak memungkinkan ada suara palsu, salah hitung, atau kemungkinan suara tidak sah. System tentu tidak mengizinkan suara tidak sah. Adapun data pemilih, memilih apa, system sudah dapat merahasiakannya. Namun data forensic IT dapat diambil ketika ada gugatan pemilu melalui alat ini.
  • Pencocokan dan penelitian DPT akan sangat mudah terupdate dengan system e-KTP yang telah terintegrasi dengan dinas atau kementerian terkait.
  • Mobilisasi dan pengamanan yang cukup mudah. Sebab yang diamankan hanya semacam alat untuk dibagikan di tiap-tiap TPS, tidak sebanyak surat suara, dan sejumlah logistic lainnya.


Meskipun terdapat kelebihan, namun system ini juga terdapat kekurangan, seperti:
  • Pengadaan alat semacam ini tentu tidak murah. Meskipun begitu alat ini akan digunakan untuk pemilu pada tahun-tahun berikutnya, sehingga dapat digunakan berulang kali.
  • Perlu adanya pengenalan cara pemilihan baru, sebagaimana tidak lagi menggunakan cara yang konvensional seperti sebelumnya tentu butuh waktu untuk mensosialisasikannya.
  • Perlu mempersiapkan teknologi ini sejak jauh-jauh hari, mungkin bisa beberapa tahun sebelumnya, dan telah dilakukan serangkaian uji coba system.
  • Rentan hacker. Meskipun rentan terhadap hacker untuk memanipulasi data, system ini dapat diamankan dengan kegiatan ofline saat pemilihan sampai diprint outnya C1 dan ditanda tangani. Sehinga resiko hacker mungkin hanya ada pada saat online pengiriman data. Namun jelas system ini jauh lebih aman ketimbang system konvensional yang tentu memiliki peluang kecurangan disana-sini.


Read More »

MERAUKE DAERAH TRANSMIGRASI NUN JAUH DISANA

0 Komentar



Pagi yang cerah, matahari muncul dari timur bersinar terang. Rumah-rumah papan terhampar rapih, tak ada pepohonan yang tumbuh, kering krontang, disana-sini banyak kepulan-kepulan asap bogkahan kayu-kayu raksasa yang terbakar.  Kayu-kayu itu sedikit demi sedikit habis dilalap api, membersihkan lahan desa dari kayu bekas bukaan hutan. Hutan belantara tersebut dibuka dengan alat-alat berat, menjadilah desa baru yang berjajar.


Bapak-bapak dan ibu-ibu bertebaran mencari jatah bantuan dari pemerintah berupa obat-obatan, alat pertanian, peralatan rumah tangga yang dibagikan secara Cuma-Cuma. Kehidupan saat itu benar-benar dimulai dari awal. Tak peduli ia dengan dahulu sebagai apa, namun menjadi warga transmigrasi mau tidak mau harus memulai semuanya dari bawah. Yang giat bisa menikmati hidup sedangkan yang tidak bisa saja kembali ke kampung asal.


Namaku Habib, anak seorang petani kecil didesa Blandin Kakayo, Distrik Jagebob, Kabupaten Merauke. Aku adalah anak pertama dari dua bersaudara. Kami sekeluarga merupakan salah satu keluarga yang ikut mengadu nasib di perantauan daerah transmigrasi. Tidak hanya keluargaku saja, tapi juga keluarga dari kakek yang lebih dahulu memutuskan transmigrasi ke Merauke-Papua. Ayah memutuskan ikut dengan kakek karena tidak sampai hati melepaskan kakek yang semakin menua hidup jauh dari anaknya. Bismillah, semua nya telah diputuskan dengan matang, sembari ‘mencari ridho Allah’, kata ayahku awal memulai hidup disini.


Kami keluarga yang berasal dari Banyuwangi-Jawa Timur. Meskipun di Banyuwangi banyak sanak saudara, namun keputusan untuk tetap transmigrasi sudah bulat dari ayah. Ridho dari keluarga besar menghantarkan kami meniggalkan pulau jawa dengan suka cita dan semangat perjuangan di tanah perantauan.


Aku meninggalkan Banyuwangi saat masih berusia tiga tahun. Aku belum mengerti apa-apa waktu itu, namun beberapa kejadian masih membekas dibenakku, riuhnya orang-orang transmigran, senda gurau diantara sanak saudara yang melepas kepergian, suasana desa yang kosong, dan ingatan-ingatan lain membuat ku sedih dalam buaian masa lalu. Meskipun begitu tak tampak dari ayah dan ibu bagaimana masa depan keluarga, semuanya mereka sandarkan dengan niat dan tujuan yang ikhlas semoga disini bisa mencari berkah bisa bermanfaat kepada orang lain. Itu kata ayah, yang menyandarkan segala sesuatunya dengan penuh keihlasan kepada Allah, tidak lupa berusaha dan berdoa kemudian tawakkal. Itulah arti hidup menurut ayah, yang merupakan jebolan pesantren salaf di Banyuwangi. Alhamdulillah sembari bertani ayah menjadi guru gaji  kampung di mushola kecil dekat rumah. Ilmu dari pesantren dahulu dapat dimanfaatkan untuk orang lain.


Dalam pergumulan bersama orang-orang transmigran, semua orang secara sendiri-sendiri menempatkan diri sesuai dengan apa yang dimilikinya. Kepiawaiannya dalam bidang tertentu membuat ia bisa menjadi orang terpandang di desa. Mereka yang memiliki background pendidikan agama yang baik akan menjadi tokoh agama, yang sekolah umum menjadi pengurus kampung, dan yang lain menjadi pedagang/ pebisnis mencukupi kebutuhan warga, dan yang mayoritas adalah petani, dimana ayahku juga seorang petani tulen.


Jika aku kembali menyusuri lorong waktu masa lalu ada suka, duka dalam perjalanan hidup ini, apalagi saat awal tinggal di kampung halaman. Semua pengalaman berkesan masih membayang dibenakku. Tahun 1994 menjadi transmigran dari Jawa, berkumpul dengan orang lain yang tidak saling kenal, berkumpul antar suku, kemudian membangun sebuah peradaban lengkap dengan nilai-nilai pedesaan. Kampungku merupakan salah satu kampung dari 4 kampung berderet yang dibangun pemerintah era Soeharto, Jagebob 10, Jagebob 11, Jagebob 12, Jagebob 13, dan Jagebob 14. Masing-masing memiliki nama, sedangkan aku tinggal di Jagebob 10, nama namanya kampung Blandin Kakayo. Jagebob 10, 11 dst merupakan nama desa dari pemerintah untuk memudahkan penyebutan sebelum dihuni masyarakatnya, namun setelah dihuni oleh para transmigran diganti dengan nama Blandin Kakayo. Entah sejarah apa yang melatar belakangi nama itu, namun cukup unik. Entah berapa jumlah persis penduduk saat itu dikampungku, namun yang aku tahu terdiri dari 700 lebih Kepala Keluarga. Jika masing-masing keluarga minimal berjumlah 3 orang saja berarti jumlah keseluruhan adalah 2.100 orang. Saat itu masing-masing keluarga paling tidak berjumlah 4 orang, dengan 2 orang anak. Dapat dibayangkan begitu ramainya saat itu.


Jagebob 10, 11, 12, 13 dan 14 adalah desa yang dibangun serumpun. Jarak masing-masing desa kira-kira 20 KM, terbentang diantaranya hutan-hutan belantara sepanjang jalan. Masih terbilang asri, dimana lahan pertanian yang dibuka oleh pemerintah saat itu masih sebagian kecil dari hutan belantara yang ada. Jika hidup disana bak hidup di alam liar, kami mudah melihat hewan-hewan liar seperti rusa, burung kasuari, kanguru, babi hutan dan lain sebagainya berkeliaran dipinggiran jalan, didekat rumah, dilahan pertanian, dan di drainase.


Masih hangat diingatanku, jalan-jalan kampung saat itu hanyalah jalan tanah merah yang membentang di seluruh penjuru desa. Saat hujan tiba jalan tanah itu menjelma menjadi lumpur yang lengket, dan saat kering atau musim kemarau berdebu luar biasa. Namun bagi kami itu menjadi pemandangan biasa, karena terjadi hampir sebagian besar Distrik di Merauke. Sepanjang mata memandang tak ditemukan aspal menempel di sebagian permukaan jalan. Keadaan ini berlangsung cukup lama, yaitu dari tahun 1994, saat awal transmigrasi  sampai 2016 baru ada pembangunan jalan aspal.


Setelah 22 tahun lamanya barulah ada pembangunan jalan aspal. Perhatian pemerintah pusat dan daerah membuat sebagian besar wilayah Jagebob sulit ekonomi. Penduduk yang besar, memiliki perputaran ekonomi yang besar pula, seharusnya cukup dapat mensejahterakan, namun tidak didukung dengan infrastruktur jalan membuat roda perekonomian kampung serat. Masuk tahun 2000-an satu persatu kepala keluarga mulai kembali ke kampung halaman masing-masing akibat sulitnya mencari penghidupan. Hasil-hasil pertanian mulai sulit disalurkan, pemerintah daerah seolah menutup mata dengan keadaan, solusi hanya solusi yang habis diwacanakan tak kunjung dikerjakan. Aku tahu semua dari orang-orang tua dikampung, bahwa kehidupan semakin menghimpit. Bagi mereka yang memiliki alternatif lain untuk bisa hidup, mereka lebih memilih meninggalkan kampung Jagebob ketimbang harus bertahan lama namun sulit mencari makan. Namun bagi mereka yang tidak punya alternatif lain, mereka tetap bertahan, mau tidak mau harus bertahan. Orang tuaku sendiri merupakan sebagian penduduk yang memilih bertahan karena tidak memiliki alternatif lain, selain itu ayah juga masih optimis kampung akan berkembang maju pada masanya kelak.


Hal lain lagi, di kampung tidak ada listrik PLN. Sebaian besar masyarakat tidak menggunakan listrik untuk kehidupan sehari-hari. Penerangan dirumah menggunakan lampu pelita berbahan bakar minyak tanah. Saat itu, sampai tahun 2.000-an harga minyak tanah 3.000 rupiah per liter. Sebagian besar masyarakat bukan mencari bensin untuk kendaraan bermotornya melainkan minyak tanah yang terjual laris untuk penerangan. Namun ada satu atau  dua orang yang memiliki usaha warung yang mulai berkembang dapat membeli Diesel untuk memberikan penerangan listrik, salah satunya tetangga depan rumahku, pak Umar.


Pengalaman yang paling berkesan adalah saat dimana kami anak-anak kampung dan seluruh masyarakat tumpah ruah menjadi satu untuk menonton TV di rumah pak Umar. TV saat itu langka sekali. Pemilik TV dari seantero kampung hanya seorang saja yaitu pak Umar yang juga punya usaha warung kelontong. Selepas magrib satu persatu mulai berdatangan ke lokasi TV yang tidak lain adalah pelataran depan rumah pak Umar. Dari masing-masing penjuru terlihat  obor-obor mendekati lokasi pertontonan, ratusan orang mulia berkumpul dan siap menonton pertunjukan TV. Tak lupa mereka membawa tikar-tikar untuk dibentangkan sebagai alas duduk. Jam pertunjukan TV dari jam 19.00- 23.00 WIT. Pedagang-pedagang juga menjajakkan dagangan mereka, seperti pedagang bakso, pedagang opak, dan pedagang mainan. Acara TV yang paling digandrungi adalah sinetron. Penggemarnya adalah ibu-ibu kampung. Perbincangan sinetron pun sampai dibawa-bawa di acara rumpi-rumpi saking hobinya. Fenomena nonton itu masih ramai sampai kira-kira tahun 2005, setelah itu mulai beberapa orang membeli TV sendiri.


Bersambung....



Read More »

MERAUKE RUMAHKU, TANAH PAPUA KEBANGGAANKU, INDONESIA NEGERIKU

0 Komentar


MERAUKE RUMAHKU, TANAH PAPUA KEBANGGAANKU, INDONESIA NEGERIKU


Terhampar Luas Bumi Pertiwi Indonesia
Dikejauhan Sana,
Surga Kecil Yang Jatuh Kebumi Tuhan Yang Esa
Tanah Papua Namanya
Diujung Jauh Pelupuk Mata
Ada Merauke Tanah Animha
Tempat Ku Dibesarkan Menjadi Dewasa

Anak-Anak Kecil Berlarian Dalam Gelap Gulita
Bermain Bersama Dalam Malam Yang Ceria
Sedang Para Dewasa Menikmati Layar Kaca
Satu-Satunya Di Desa
Saat Malam Tiba, Sahdu Rembulan Sebagai Cahaya
Kian Indah Saat Malam Menyelimuti Dunia

Begitulah Hidup Ditanah Transmigrasi Merauke, Papua
Kala Itu Dalam Lautan Cerita
Hidup Disana Bagai Di Surga
Selalu Bahagia,
Biar Listrik, Jalan Aspal  Dan Telpon Genggam Tak Ada

Sejak 1995 Hidup Di Wilayah Transmigrasi
Suka Duka Tetap Kami Jalani
Sambil Meniti Hidup Yang Serba Tak Pasti
Sedang Anak-Anak Kampung Keluar Yang Entah Kapan Kembali
Meski Asa Dan Cita Membumbung Tinggi
Hati Kecil Berbisik Kecil Ingin Kembali

Alangkah Indahnya Hidup Ditaman Surgawi
Hutan Dan Semak Belukar Ini
Jalan Berkubang Dan Lumpur Merah disana sini
Namun Itulah Kekayaan yang Kami miliki

Suara Hati,

Meski Ada Dibatas Negeri,
Meski Harapan Tak Ada Yang Pasti
Namun Mimpi-Mimpi Tak Boleh Lepas Dari Hati
Salam Izakod Bekai, Izakod Kai
Merauke, Papua  Selalu di hati


Bogor, 26 Maret 2018




Read More »